Anda belum login :: 30 Nov 2024 12:16 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Leksikon kuliner sebagai cermin budaya kuliner masyarakat Melayu pesisir timur Sumatera Utara
Oleh:
Widayati, Dwi
Jenis:
Article from Proceeding
Dalam koleksi:
KIMLI 2018: Kongres International Masyarakat Linguistik Indonesia, 13-16 Agustus 2018, Universitas Papua, Manokwari: “Mengusung Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah menuju Kesetaraan dalam Kebhinekaan.”
,
page 43-49.
Topik:
Leksikon kuliner
;
ekolinguistik
;
masyarakat Melayu
Fulltext:
43-49.pdf
(388.59KB)
Isi artikel
Tulisan ini mendeskripsikan khazanah lingual kultural leksikon kuliner sebagai representasi kekayaan lingkungan masyarakat Melayu terhadap budaya kuliner dan nilai-nilai budaya masyarakat Melayu melalui leksikon-leksikon tersebut. Teori yang digunakan adalah teori ekolinguistik. Teori ekolinguistik menitikberatkan pada sejumlah konsep lingkungan dalam wujud kebahasaan, yaitu wujud leksikon. Dalam menganalisis data digunakan metode padan referensial. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa leksikon kuliner dalam Masyarakat Melayu selain mencerminkan kekayaan alam dan lingkungannya juga mencerminkan budaya kuliner masyarakat penuturnya. Misalnya, kuliner bubur pedas, bahannya yang harus ada adalah daun si kentut (paederia foetida). Daun bumbu ini sudah mulai sulit dijumpai di lingkungan masyarakat Melayu. Nilai-nilai budayanya tampak bahwa leksikon-leksikon tersebut dijumpai dalam peribahasa Melayu dan juga dikreasikan dalam pantun. Misalnya, Peribahasa Siapa makan cabai, dialah merasa pedas ‘ siapa yang melakukan kesalahan maka dialah yang akan menanggung akibat dari kesalahannya’ dan pantun Pohon kemiri lebat buahnya//Hendak dijual di hari pekan// Mohon diri saya bentara sabda//Mana yang salah harap maafkan. Muatan leksikon dalam pantun biasanya hanya mengisi bait sampiran.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)