Anda belum login :: 22 Nov 2024 23:54 WIB
Detail
ArtikelTindak tutur sumpah serapah bahasa sangiang pada ritual upacara kematian memberi makan roh di desa Tumbang Olong  
Oleh: Perdana, Indra
Jenis: Article from Proceeding
Dalam koleksi: KOLITA 16: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Keenam Belas Tingkat Internasional, page 221-225.
Topik: Ritual; Ot Danum; Sangiang; Speech Act
Fulltext: 221-225 Indra Perdana.pdf (295.18KB)
Isi artikelPada upacara kematian di pedalaman Kalimantan terdapat ritual upacara memberi makan sangiang oleh tetua adat. Bahasa Sangiang merupakan sebuah bahasa yang biasanya digunakan oleh masyarakat di pedalaman Kalimantan Tengah saat melaksanakan ritual berkomunikasi dengan roh leluhur. Ritual memberikan makan sangiang ini tidak pernah dalam bentuk tulisan, selalu dalam bentuk tutur. Karena tidak sembarang orang yang dapat melakukan upacara itu. Itu yang dinyatakan atau di percaya oleh masyarakat di Tumbang Olong yang mayoritas menggunakan bahasa Ot Danum. Suku Dayak Ot Danum dekat dengan kehidupan alam dan sangat menghormati tradisi leluhur untuk menjaga keseimbangan manusia dan alam sekitarnya. Perawakan suku Dayak Ot Danum berkulit kuning menunjukkan bahwa mereka adalah ras mongoloid. Suku Dayak Ot Danum ini memiliki kerabat dekat di provinsi Kalimantan Barat yang disebut suku Dayak Uud Danum. Secara fisik, karakter dan budaya bisa dikatakan mirip, hanya saja dibedakan karena perbedaan letak geografis. Suku Dayak Ot Danum ini dikelompokkan ke dalam rumpun Proto Malayan cabang dari rumpun bangsa Austronesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tidak tutur sumpah serapah bahasa sangiang yang dapat mempengaruhi bahasa setempat yaitu bahasa Ot Danum. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi pada saat ritual dilaksanakan di desa Tumbang Olong. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Masyarakat di Tumbang Olong masih melaksanakan ritual menggunakan bahasa Sangiang dikarenakan berbagai alasan. Aspek tindak tutur atau peristiwa tutur yang dalam penelitian ini lebih cenderung ke peristiwa tutur Ilokusi. di dalamnya terdapat konteks tempat, waktu, peristiwa, suasana dan konteks orang sekitar. Sebagai salah satu tradisi lisan yang mulai ditinggalkan, ada baiknya ritual-ritual ini dapat dilestasikan.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)