Anda belum login :: 22 Nov 2024 23:53 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Fenomena ungkapan “kids zaman now” sebuah kajian etnografi linguistik
Oleh:
Ainun Niswah, Awaliyah
;
Wafda Maulidiyah, Ismi
Jenis:
Article from Proceeding
Dalam koleksi:
KOLITA 16: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Keenam Belas Tingkat Internasional
,
page 88-91.
Topik:
Phenomenon
;
kids zaman now
;
ethnography linguistic
Fulltext:
88-91 Awaliyah Ainun Niswah, Ismi Wafda Maulidiyah, Sulistianingsih_Edited.pdf
(314.91KB)
Isi artikel
Zaman yang semakin berkembang pesat dari segi teknologi, budaya maupun bahasa sangat memungkinkan melahirkan sesuatu hal yang baru. Salah satunya yaitu ungkapan yang sangat marak digunakan pada saat ini adalah “kids zaman now”. Pada hakikatnya,“kids zaman now” merupakan ungkapan guyonan untuk menyikapi hal-hal yang dianggap tabu oleh generasi zaman dulu. Akan tetapi pada akhirnya ungkapan ini menjadi lazim dan marak dilakukan oleh anak zaman sekarang. Dari segi bahasa, “kids” dan “now” merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris kids „anak-anak? dan now „sekarang?. Yang menjadi aneh dan unik, kedua kata Inggris tersebut justru digabungkan dalam satu kalimat dengan kata zaman yang berasal dari bahasa Indonesia. Namun inilah yang membuatnya menggelitik untuk ditelusuri. Penelitian ini menggunakan ancangan etnografi linguistik dengan metode penelitian dsekriptif kualitatif, yang mengandalkan teknik rekam wawancara dan catat. Etnografi lingusitik sengaja dipilih untuk mengeksplorasi secara mendalam gambaran tentang anak-anak yang dikategorikan “kids zaman now”. Data dalam kajian ini berupa tuturan siswa SD, SMP, SMA dan mahasiswa yang sebagian besar berada di lingkungan Jakarta, serta unggahan gambar, video dan artikel di berbagai media sosial. Total responden yang diwawancara secara mendalam berjumlah 50 orang. Secara umum, jawaban responden tentang karakteristik “kids zaman now” dapat dipetakan menjadi 3, yaitu (1) selalu ingin mengikuti tren, sehingga ungkapan itu menjadi identitas sebagai generasi milenial yang kekinian, (2) dewasa secara perilaku dan pemikiran, tapi bukan dewasa usia, dan (3) selalu ingin tampil beda atau anti mainstream.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0 second(s)