Anda belum login :: 23 Nov 2024 00:13 WIB
Detail
ArtikelAmbiguitas dalam bahasa madura di Probolinggo  
Oleh: Wafa, Ali
Jenis: Article from Proceeding
Dalam koleksi: KOLITA 16: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Keenam Belas Tingkat Internasional, page 59-62.
Topik: Ambiguity; Madura Language; Psycholinguistics; lexical; grammatical
Fulltext: 59-62 Ali Wafa_Edited.pdf (259.47KB)
Isi artikelAmbiguitas (ketaksaan) adalah kalimat yang bermakna lebih dari satu (Dardjowidjojo, 2012: 75). Dari definisi ini, kata atau kalimat yang ambigu bisa membuat pendengar tidak langsung memahami makna aslinya dikarenakan memiliki makna lebih dari satu. Sehingga biasanya hal pertama yang dilakukan dari lawan bicara adalah tidak langsung merespon tetapi masih berusaha untuk memahami makna yang lain dari tuturan itu. Dalam bahasa Madura di Probolinggo, ketaksaan digunakan untuk tujuan menyindir. Sindiran ini banyak dipakai ketika adanya suatu pertengkaran ataupun dalam situasi bergurau. Dengan sindiran yang diisi dengan bahasa ambigu itu dimaksudkan untuk mengarahkan kepada pendengar secara tidak langsung. disamping itu, menyindir dengan ketaksaan juga kedengarannya lebih halus dari pada memakai bahasa yang sebenarnya. Hal ini merupakan keunikan penggunaan ambiguitas dalam bahasa Madura di Probolinggo. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa jenis-jenis ambiguitas dalam bahasa Madura di Probolinggo. Ambiguitas termasuk dalam kajian psikolinguistik. Clark and Cark (1977: 4) menyatakan bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal utama: konfrehensi, produksi, dan pemerolehan bahasa. Jadi, psikolinguistik dalam penelitian ini lebih memfokuskan untuk menganalisa konfrehensi, yakni proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud. Metode yang digunakan adalah kualitatif, dimana kata atau kalimat ambigu itu dijelaskan secara kualitatif. Sumber data diambil dari informan di beberapa desa di Probolinggo. Teknik pengumpulan data menggunakan metode simak dan teknik catat, dimana penulis menyimak apa yang dikatakan informan dan kemudian mencatatnya. Cara menganalisa data dilakukan berdasarkan jenis ketaksaannya serta penambahan konteks bahasanya agar bisa dibandingkan apakah contoh kalimatnya masih ambigu atau sudah jelas maknanya. Hasil yang ditemukan adalah hanya terdapat 2 jenis ambiguitas dalam bahasa Madura, yakni ambiguitas leksikal dan gramatikal. Jenis ambiguitas leksikal terdapat pada makna kosa kata dari bahasa Madura itu sendiri yang memiliki dua makna. Sedangkan jenis ketaksaan gramatikal terdapat pada frasa (kumpulan dua kata dalam bahasa Madura) dan kalimat tanpa adanya subjek. Disamping itu, setelah dibandingkan sebelum diberi konteks kalimat dan sesudah ditambahkan konteks kalimat, makna kalimat yang taksa itu bisa dipahami dan menjadi jelas.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)