Anda belum login :: 22 Nov 2024 23:45 WIB
Detail
ArtikelMetafora Tuhan dalam konsep etnofilosofi atoni pah meto  
Oleh: Feka, Viktorius P.
Jenis: Article from Proceeding
Dalam koleksi: KOLITA 17: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Ketujuh Belas Tingkat Internasional, page 508-515.
Topik: Metafora; Atoin Meto; Uis Neno
Fulltext: 508-515.Viktorius P. Feka.pdf (657.32KB)
Ketersediaan
  • Perpustakaan PKBB
    • Nomor Panggil: 406 KLA 17
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Isi artikelAtoni Pah Meto (Atoin Meto)—masyarakat yang hidup di daerah kering di pedalaman pulau Timor, Nusa Tenggara Timur—memiliki tradisi tersendiri—mengungkapkan hasil pemikiran (konsep) mereka dalam menyebut Tuhan, pencipta semesta alam. Penyebutan nama Tuhan dalam budaya Atoin Meto ini dipengaruhi oleh sistem kepercayaan mereka akan satu pribadi tertinggi yang memiliki kuasa atas neno ‘langit (hari atau waktu)’ dan pah pinan ‘bumi’. Penyebutan ini tidak diungkapkan secara langsung dalam bahasa yang konkret, akan tetapi dalam wujud bahasa abstrak (metafora). Atas dasar ini, penelitian ini dilakukan untuk mengungkap bentuk dan makna metafora Tuhan dalam konsep etnofilosofi Atoin Meto. Pendekatan analisis data penelitian ini adalah linguistik antropologis dan linguistik konseptual (kognitif). Hasil dari penelitian ini adalah Tuhan, dalam Uab Meto, disebut sebagai Uis Neno—mengandung tiga makna metaforis, yaitu Raja (Dewa) Langit, Raja (Dewa) Hari, dan Raja (Dewa) Waktu. Sebagai Raja (Dewa) Hari, Tuhan dipandang sebagai pencipta, pemimpin, dan penguasa tertinggi atas segala benda bernyawa dan benda tak bernyawa, baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Metafora ini juga ditandai dengan leksikon-leksikon metaforis lain dalam menyebut Tuhan sebagai Raja (Dewa) Langit, yaitu afinit-aneset ‘maha tinggi-mahabesar’, apinat-aklahat ‘penerang-pencahaya’, dan amo’et-apakaet ‘pencipta-pekarya’. Tuhan sebagai Raja (Dewa) Hari dianggap sebagai penyerta sejati dalam keseharian hidup manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Itulah sebabnya, Atoin Meto, selain menyebut Tuhan sebagai Raja (Dewa) Hari, juga sebagai alikin-ape’an ‘penetas-peretas’, afatis-afafat’penyusu-pemberi makan’, dan atukus-anonot ‘pengawal-pengawas. Konsep metaforis Tuhan sebagai Raja (Dewa) Waktu diciptakan Atoin Meto dalam ruang persepsi kultural dan spiritual mereka bahwa hanyalah Tuhan yang bisa menciptakan dan memusnahkan waktu. Tuhan adalah penguasa mutlak atas masa lalu, masa kini, dan masa depan. Karenanya, Atoin Meto pada umumnya diajarkan untuk selalu menghargai waktu. Sebab, waktu adalah Tuhan itu sendiri. Hal ini pula yang membuat Atoin Meto juga menyebut Tuhan sebagai Raja (Dewa) Waktu secara metaforis melalui leksikon apafa-apaot ‘pengasuh-pemelihara’, dan anoena-a’inin ‘pengajar-penasehat’. Pada umumnya, metafora Tuhan dalam konsep etnofilosfi Atoin Meto diciptakan seturut pengalaman kultural dan spiritual di dalam relasi dengan lingkungan sekitar atau semesta alam.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)