Anda belum login :: 23 Nov 2024 00:05 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Kada-kada tominaa dalam acara rambu soloq di Toraja: kajian sosiolinguistik
Oleh:
Nurhayati
Jenis:
Article from Proceeding
Dalam koleksi:
KOLITA 17: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Ketujuh Belas Tingkat Internasional
,
page 357-361.
Topik:
Kada-kada Tominaa
;
Tominaa
;
Rambu Soloq
;
Bahasa
;
Budaya
;
Toraja
Fulltext:
357-361.Nurhayati.pdf
(363.4KB)
Ketersediaan
Perpustakaan PKBB
Nomor Panggil:
406 KLA 17
Non-tandon:
tidak ada
Tandon:
1
Lihat Detail Induk
Isi artikel
Penelitian ini berjudul “Kada-kada Tominaa dalam Acara Rabu Soloq di Toraja: Kajian Sosiolinguistik. Penelitian bertujuan menjelaskan ungkapan duka yang diucapkan tominaa dan menjelaskan penggunaan sapaan tetamu yang datang pada upacara rambu soloq di Toraja. Metode penelitian yang digunakan adalah metode simak dengan teknik rekam dan wawancara, serta dokumnetasi. Teknik rekam digunakan yaitu merekam kada-kada Tominaa oleh tominaa ketika melakukan pekerjaannya. Teknik wawancara digunakan dengan mewawancarai tokoh-tokoh budaya Toraja, dan teknik dokumentasi digunakan dengan mencari literatur yang berkaitan dengan kada-kada tominaa. Selain metode simak juga digunakan metode survey. Upacara Rabu Soloq merupakan upacara kematian di Toraja yang menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi melalui seseorang yang disebut tominaa. Orang yang memandu apacara Rabu Soloq ini disebut tominaa. Tominaa adalah orang ahli dalam menggunakan kata-kata yang bukan kata-kata sehari-hari, melainkan kata yang penuh dengan perumpaan yang disesuaikan dengan apacara duka yaitu kematian (rabu soloq), atau upacara suka (rambu tukaq). Misalnya: kalau tamu yang datang perempuan, maka ia akan disapa dengan simbolong manik (simbolong artinya konde, manik artinya manik-manik. Tominaa menyapa perempuan dengan simbolong manik bukan baine agar lebih puitik, lebih santun, dan agar lebih menarik. Kata-kata ini sebagai lambang perempuan.Kata padi dalam bahasa Toraja pare, tominaa akan mengantikannya dengan kata tallu bulinna. Kata tallu bulinna lebih puitis dan lebih menarik dibandingkan dengan kata pare. ( Kata-kata yang digunakan seolah-olah bersajak dan berirama yaitu delapan suku kata per baris, Misalnya, tominaa menyapa: te-be am-be, ta-be in-do (permisi Bapak dan Ibu) # si-mang ang-ga so-la-na-sang (dan semua yang hadir)#. Dalam budaya Toraja menyapa dalam upacara adat baik itu upacara rambu soloq (upacara duka) maupun acara rambu tukaq (upacara suka) selalu menggunakan jasa tominaa. Tominaa dianggap ahli dalam sapa-menyapa dalam adat sosial kemasyarakatan Toraja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ungkapan duka dalam upacara rabu soloq sangat puitis dalam bentuk perumpamaan dan metafora. Demikian pula dalam menyapa tetapu yang dating.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)