Anda belum login :: 22 Nov 2024 23:35 WIB
Detail
ArtikelStudi kasus linguistik forensik: analsis profiling catatan bunuh diri Marjorie Raymond  
Oleh: Auliyak, Muhammad Abdurrohman ; Santoso, Bernadus Wahyudi Joko
Jenis: Article from Proceeding
Dalam koleksi: KOLITA 17: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Ketujuh Belas Tingkat Internasional, page 332-334.
Topik: linguistik forensik; semantik; pragmatik; catatan bunuh diri
Fulltext: 332-334.Muhammad Abdurrohman Auliyak, Bernadus Wahyudi Joko Santoso.pdf (424.56KB)
Ketersediaan
  • Perpustakaan PKBB
    • Nomor Panggil: 406 KLA 17
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Isi artikelPenelitian ini didasarkan pada teori Linguistik Forensik oleh Olsson (2014), bahwa linguistik forensik didefinisikan sebagai analisis bahasa yang berhubungan dengan hukum. Linguistik forensik mengaplikasikan teori-teori linguistik dalam suatu peristiwa kebahasaan yang terlibat dalam proses hukum, baik dalam bentuk produk hukum, interaksi proses peradilan, dan interaksi antarperorangan yang menimbulkan dampak hukum tertentu. Pada ilmu linguistik forensik, hanya Olsson yang membahas catatan bunuh diri sebagai sebuah teks hukum atau teks forensik.. Menurut Olsson, tidak banyak peneliti yang membahas tentang catatan bunuh diri yang dianggapnya adalah kasus yang sangat khas. Singkatnya, catatan bunuh diri itu hanya terdiri dari 78 kata bahkan lebih, dan itu mengungkapkan rasa sakit dan penyesalan serta penolakan diri dan rasa bersalah. Objek penelitian ini adalah catatan bunuh diri dari seorang remaja bernama Marjorie Raymond yang berasal dari kota Saint-Anne-des-Monts, Kanada. Sebelum melakukan bunuh diri, ia sempat ditawari untuk konseling, namun ia menolak. Berdasarkan hasil investigasi kepolisian setempat, Marjorie murni melakukan bunuh diri tanpa ada kekerasan fisik. Catatan bunuh diri ini mengenai kondisi depresi yang dialami Marjorie akibat kekerasan yang dilakukan kerabatnya serta perundungan temannay di Sekolah Gabriel-Le Courtois sehingga membuat mentalnya kembali jatuh dan mengalami depresi akut. Penelitian ini mengaplikasikan teori semantik dan pragmatik secara forensis yang kemudian dianalisis makna struktural dan kontekstual. Dari makna struktural dan kontekstual itu maka dapat ditemukan dan digambarkan profil Marjorie secara psikologis. Maka dari itu, teori linguistik tersebut digunakan untuk memahami isi dan maksud catatan bunuh diri tersebut sehingga sosok Raymond dapat diprofilkan secara psikologis. Analisis linguistik tersebut digunakan dengan pendekatan analisis immediate application, yaitu di mana linguistik digunakan secara langsung pada masalah forensik. Metode dan teknik analisis yang digunakan adalah metode deskriptif, interpretatif, dan eksplanasif dengan penjabaran sumber data secara luas. Dengan demikian penjabaran sumber data tersebut merupakan teknik analisis data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Raymond memilki gangguan bipolar, yaitu suasana seperti bersepeda dari ketinggian ekstrem langsung turun ke posisi terendah yang ekstrem pula dan disertai PTSD, yaitu post-traumatic stress disorder yang merupakan sebab terjadinya bipolar disorder. Orang yang mengalami PTSD sangat rentan mengalami depresi yang terjadi bersamaan. PTSD adalah kondisi yang melemahkan yang dapat terjadi setelah seseorang mengalami kejadian mengerikan atau cobaan berat. Profil psikologis yang tergambar dari Marjorie Raymond adalah gangguan kecemasan (anxiety disorder), PTSD, dan depresi. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa motif bunuh diri Marjorie Raymond adalah pikiran traumatis yang timbul akibat kekerasan dan rundungan yang dialami tidak dapat terkontrol olehnya sehingga menimbulkan depresi akut yang mengantar pada tindakan bunuh diri. Gejala-gejala psikologis yang dialami Marjorie tercermin pada aspek linguistik catatan bunuh dirinya.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)