Anda belum login :: 23 Nov 2024 00:14 WIB
Detail
ArtikelAnalisis kebutuhan bahasa Madura berbasis pendekatan CLIL di Kabupaten Pamekasan : upaya pemertahanan bahasa daerah  
Oleh: Imamah ; Boeriswati, Endry ; Rahman, Saiful
Jenis: Article from Proceeding
Dalam koleksi: KOLITA 17: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Ketujuh Belas Tingkat Internasional, page 210-213.
Topik: Bahasa Madura; Pendekatan CLIL; Pemertahanan Bahasa
Fulltext: 210-213.Imamah, Endry Boeriswati, Saiful Rahman.pdf (265.59KB)
Ketersediaan
  • Perpustakaan PKBB
    • Nomor Panggil: 406 KLA 17
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Isi artikelArtikel ini bertujuan untuk merancang pembelajaran bahasa Madura berbasis pendekatan CLIL. Karena bahasa Madura sebagai penyampai kebudayaan yang di miliki oleh leluhur yang wajib di jaga keberlangsungannya sesuai dengan analisis kebutuhan. Sehingga budaya yang terdapat dalam masyarakat di sampaikan dengan menggunakan pendekan CLIL yang memadukan antara bahasa dan budaya. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan tahapan pertama adalah mengidentifikasi masalah dan tinjauan pustaka, selanjutnya merancang pertayaan sabagai bahan wawancara kepada berbagai sumber. Hasil analisis data di lapangan dapat simpulkan bahwa bahasa Madura membutuhkan pembelajaran bahasa bukan pembelajaran tentang bahasa, sehingga siswa lebih tertarik dengan bahasa Madura melalui pendekatan CLIL. Karena dari hasil wawancara kepada semua responden memberikan tanggapan yang mengejutkan bahwa siswa sduah mulai meninggalkan bahasa daerahnya, itu juga di sebabkan oleh orang tua di rumah sudah tidalgi mengajak berkomunikasi dengan anak-anak mereka menggunakna bahasa Madura. Tergesernya bahasa Madura bukan disebabkan matinya penutur, namun, karena orang tua tidak lagi mengajari anak-anaknya menuturkan. hal yang demikian terjadi pada masyarakat Madura. Para orang tua lebih menggunakan bahasa Indonesia di rumah dan di lingkungan masyarakat. Hal ini berpengaruh pada pembelajaran siswa di sekolah dasar tentang bahasa ibunya sendiri. Siswa disekolah lebih mudah mepmpelajari bahasa asing dari pada bahasa Madura sebagai bahasa ibu. Bahasa Madura menjadi muatan lokal di selokah dasar dengan dua jam pelajaran selama seminggu dan tidak ada kegiatan lain di luar jam sekolah yang mempelajari bahasa Madura. Orang tua siswa lebih memilih bayar mahal untuk mengikutkan less bahasa asing dari pada mempelajari bahasa Madura. Fenomena ini tidak hanya terjadi diperkotaan saja, namun, sudah menjadi effect domino yang menjalar ke pelosok desa. Selayak tidak hanya sekolah saja yang berperan dalam benten pemertahan bahasa Madura, pemerintah juga harus ikut serta dalam menyemarakkan keberlangsungan bahasa Madura. Anak-anak dan remaja di desa merasa malu menggunkan bahasa Madura, sehingga mereka lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia, apakah hal itu dilarang, tidak, namun kecintaan terhadap bahasa Madura sudah tersingkir. Sehingga sedikit demi sedikit akan terkikis dan mati.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)