Anda belum login :: 22 Nov 2024 23:50 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Perluasan makna menjelang tahun politik
Oleh:
Qurota’ayun, Fatimah
;
Permatasari, Nanda Tania
;
Fasya, Mahmud
Jenis:
Article from Proceeding
Dalam koleksi:
KOLITA 17: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Ketujuh Belas Tingkat Internasional
,
page 152-155.
Topik:
politik bahasa
;
frasa
;
perubahan makna
Fulltext:
152-155.Fatimah Qurota’ayun, Nanda Tania Permatasari, dan Mahmud Fasya.pdf
(373.22KB)
Ketersediaan
Perpustakaan PKBB
Nomor Panggil:
406 KLA 17
Non-tandon:
tidak ada
Tandon:
1
Lihat Detail Induk
Isi artikel
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya frasa baru yang diucapkan oleh capres pada tahun politik menjelang pemilu 2019. Pada kampanye tanggal 23 Oktober 2018 muncul frasa politik sontoloyo yang dilontarkan capres nomor urut satu. Kemudian disusul kemunculan frasa politik genderuwo pada kampanye tanggal 9 November 2018. Kemunculan dua frasa tersebut menimbulkan kebingungan pada masyarakat, apa maksud sebenarnya dari frasa politik sontoloyo dan politik genderuwo. Melihat fenomena tersebut, maka Kompas TV mengeluarkan tajuk acara berjudul “KAMPANYE RECEH; Siapa yang menang?”. Hadirnya frasa politik sontoloyo, politik genderuwo, dan kampanye receh di dunia perpolitikan membuat masyarakat kebingungan mengenai makna sebenarnya dari ketiga frasa tersebut. Kajian ini meliputi analisis makna yang dikaitkan dengan distribusi pemakaiannya dalam tataran morfologi. Untuk menganalisis perluasan makna tersebut, peneliti menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan karena menginterpretasi data pada pemberitaan media daring dan televisi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini ialah: 1) membaca berita Kompas.com dan detikNews; 2) menonton talkshow yang dilakukan Kompas TV yakni „KAMPANYE RECEH; Siapa yang Menang??; 3) menganalisis makna frasa berdasarkan unsur pusat dan unsur atributif 4) menyimpulkan hasil analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frasa politik sontoloyo, politik genderuwo, dan kampanye receh memiliki bentuk dan makna yang baru. Berdasarkan pembentukan dan maknanya, ketiga frasa tersebut mengalami perluasan makna. Menurut sudut pandang linguistik, perluasan makna akibat adanya bentuk baru dapat terjadi karena proses kreativitas masyarakat terhadap pengunaan bahasa yang produktif. Dalam kasus ini, proses kreativitas penggunaan bahasa dimanfaatkan untuk menamai gagasan atau pandangan baru dalam dunia perpolitikan.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)