Ruang geografis dan variasi bahasa: fokus pada Melayu Sekadau, Sarawak dan Saribas  

Oleh:

Shin, Chong

Jenis: Article from Proceeding
Dalam koleksi: KOLITA 17: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Ketujuh Belas Tingkat Internasional, page 80-84.
Topik: Geografis; Variasi Melayu; Bahasa Melayik; Rantaian Bahasa
Fulltext: 80-84.Chong Shin.pdf (354.82KB)

Ketersediaan

Perpustakaan PKBB Nomor Panggil: 406 KLA 17 Non-tandon: tidak ada Tandon: 1

Lihat Detail Induk

Isi artikel

Makalah ini coba menganalisis hubungan bahasa Melayu Sekadau (Kalbar), Kuching dan Saribas. Chambers & Trudgill (1980) pernah menyatakan bahwa kewujudan berbagai variasi bahasa berkaitan dengan kawasan geografi. Justeru karna pemisahan geografis, sesuatu bahasa berupaya mewujudkan variasi tersendiri. Variasi Melayu di Sekadau, Kuching dan Saribas didapati terpisah oleh berbagai bentuk geografis seperti sungai, banjaran, bukit-bukit dan rawa-rawa. Dari segi hubungan, penutur Melayu di Kuching dan Saribas tidak berhubungan dengan Melayu di Sekadau, namun bahasa di ketiga-tiga daerah ini memperlihatkan banyak persamaan, baik kosa kata maupun sistem bahasanya. Mengapa fenomena ini berlaku? Makalah ini coba menghuraikan dengan hipotesis Nothofer (1996) yaitu wujud satu rantaian bahasa Melayik di Borneo Barat. Justeru karna variasi Melayu Sekadau, Kuching dan Saribas adalah ahli kelompok rantaian ini, maka meskipun tersebar di daerah geografi yang berbeda, variasi-variasi ini masih memperlihatkan persamaan linguistiknya karna diperturunkan dari bahasa induk purba yang sama. Analisis ini memperkuatkan lagi teori Collins (2005) mengenai tanah asal bahasa Melayu. Daerah Borneo Barat mengandungi banyak sekali bahasa yang mirip dengan bahasa Melayu. Berdasarkan teori Center of Gravity, tempat yang terbanyak variasi bahasa akan diangkat sebagai tanah asal sesuatu bahasa.

Opini Anda

Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali