Anda belum login :: 23 Nov 2024 00:18 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Lanskap linguistik, multilingualisme, dan sikap bahasa masyarakat Surabaya
Oleh:
Kartika, Ajeng Dianing
Jenis:
Article from Proceeding
Dalam koleksi:
KOLITA 17: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Ketujuh Belas Tingkat Internasional
,
page 27-32.
Topik:
lanskap linguistik
;
multiligualisme
;
sikap bahasa
Fulltext:
27-32.Ajeng Dianing Kartika.pdf
(786.52KB)
Ketersediaan
Perpustakaan PKBB
Nomor Panggil:
406 KLA 17
Non-tandon:
tidak ada
Tandon:
1
Lihat Detail Induk
Isi artikel
Kajian Lanskap Linguistik (LL) menitikbertakan fokus kajiannya pada penggunaan bahasa di ranah publik. Penggunaan bahasa secara lebih spesifik dan nyata di ranah publik, seperti penamaan kedai, rumah makan, produk-produk di pasar swalayan, gedung, menu makanan dan minuman, grafiti, bandara, transportasi umum, pusat belanja, maklumat, poster iklan, tulisan di pakaian, dan papan reklame merupakan lanskap linguistik (Shohamy and Gorter, 2009). Pemilihan bahasa yang digunakan pada LL dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni faktor sosial, budaya, ekonomi, dan faktor kemampuan berbahasa masyarakat sekitar. Lingustik lanskap menjadi salah satu cerminan sikap berbahasa suatu kelompok masyarakat. Di era yang digaungkan sebagai revolusi industri 4.0 saat ini kemampuan berbahasa asing menjadi kebutuhan bagi masyarakat Indonesia yang pada akhirnya menjadikan mereka mampu menguasai 2 (bilingual) atau bahkan lebih dari 2 bahasa (multilingual) dengan berbagai tujuan tertentu. Fenomena ini memberikan pengaruh yang signifikan pada pemilihan bahasa yang digunakan pada LL, khususnya yang diperuntukkan bagi kalangan remaja di perkotaan. Ada stigma bahwa penggunaan bahasa asing bagi remaja perkotaan saat ini dinilai lebih "keren" dibandingkan menggunakan Bahasa Indonesia atau bahasa-bahasa daerah. Hal ini juga terjadi di wilayah Kota Surabaya. Pengkajian LL di wilayah perkotaan didasari oleh pendapat Dagenais, Moore, Sabatier, Lamarre dan Armand (2008) yang menegaskan bahwa dalam kajian LL wilayah perkotaan berperan sebagai teks. karena bahasa banyak digunakan di ruang publik wilayah perkotaan sehingga wilayah ini dianggap sebagai teks yang memiliki beragam variasi pemakaian bahasa dengan tujuan yang beragam pula. Hasil temuan analisis LL di wilayah Surabaya menunjukkan bahwa Bahasa Asing lebih banyak digunakan untuk penamaan tempat usaha, merk pakaian lokal, menu makanan dan minuman, dan juga untuk jargon dan tulisan di pakaian. Hal ini terjadi bukan hanya di pusat Kota Surabaya saja, melainkan juga di wilayah pinggiran Surabaya. Berdasarkan survey yang dilakukan di wilayah pinggiran Surabaya diperoleh hasil bahwa sebagian besar masyarakat memilih menggunakan Bahasa Inggris untuk nama tempat usahanya meskipun sebenarnya mereka tidak mengetahui secara pasti arti dan cara penulisan kata dan kalimat yang dipilihnya. Sedangkan survey yang dilakukan di pusat kota menunjukkan bahwa masyarakat dengan sadar memilih menggunakan bahasa asing untuk penamaan tempat usaha, merk dagang dan nama menu makanan dengan tujuan untuk menarik konsumen.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)