Kenakalan remaja yang sering sekali terjadi sehan-hari misalnya tawuran, pengnusakan fasilitas negara, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, yang tenjadi di Jakarta temyata juga dilakukan oleh sebagian anak panti asuhan. Bahkan mereka terkenal nekat dan tidak takut mati. Dan jawaban mereka terhadap polisi yang menanyakan alasan melakukan tawuran, salah satu anak mengatakan karena kalau mati pun tidak ada yang menangisi. Penulis merasa tertarik untuk mengetahui hal apa yang melatarbelakangi jawaban tersebut, mengapa remaja yang tinggal pada panti asuhan memberikan jawaban yang membuat kita tertegun sejenak. Jika dibandingkan dengan keluarga yang normal, sebuah panti asuhan bukanlah tempat yang terbaik bagi anak. Dalam panti asuhan, anak mungkin saja mendapat pemenuhan kebutuhan yang memadai, namun mereka kekunangan perhatian, cinta, dan kasih sayang dan keluarga ataupun significant others. Penelitian mi mencoba untuk melihat hubungan antara kenakalan mereka dan perasaan dicintai oleh significant others, orang-orang yang dianggap penting dalam kehidupan nemaja. Penelitian mi menggunakan dna kuestioner yang disusun oleh penulis berdasankan teoni dan hash wawancana. Kuestionen pertama untuk mengukur perasaan dicintai, dibenikan padanemaja panti asuhan, kuestioner kedua untuk mengukur kenakalan, dibenikan pada pengasuh nemaja panti asuhan. Hasil penelitian mi tidak membuktikan adanya korelasi negatif yang signifikan antara kenakalan meneka dan perasaan dicintai oleh significant others. Penulis menduga hal mi terjadi karena pengasuh tidak mengetahui seluruh hal yang tenjadi pada anak asuhnya sehingga tidak dapat membenikan jawaban-jawaban yang akunat senta jumlah sample yang kurang. Penulis berhanap penelitian selanjutnya yang senupa dapat memikirkan cana lain untuk mengatasi hal ini. |