Penelusuran kepustakaan menunjukkan, banyak penulis yang berpendapat bahwa penguasaan berbahasa kedua seseorang akan lebih baik apabila bahasa kedua tersebut dipelajari pada usia, yang lebih dini, yang dalam dunia pendidikan di Indonesia dapat dikatakan mencakup kategori usia siswa TK dan SD. Walaupun demikian, atas dasar berbagai pertimbangan lain, pengajaran bahasa Inggris di tingkat SD secara resmi baru diijinkan sejak beberapa waktu yang lalu sebagai salah satu bentuk muatan lokal. Secara spesifik, dalam konteks sistem pendidikan yang berlaku saat ini di Indonesia, memang belum diketahui setepatnya ada tidaknya manfaat untuk memulai pengajaran bahasa Inggris di tingkat SD terhadap kemampuan berbahasa Inggrisnya di jenjang pendidikan lebih lanjut, khususnya SMU seperti yang dipelajari dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan studi observasional terhadap seluruh siswa kelas 1 SMUK I s/d V di Jakarta pada bulan Oktober sampai dengan Desember 1994. Melalui pengisian kuesioner, mereka ditanyai apakah telah memperoleh pengajaran bahasa Inggris sejak di SD atau pun tidak. Selain itu ditanyakan pula berbagai data lain yang diperlukan sebagai variabel kendali, yaitu usia dan jenis kelamin siswa asal sekolah/SMUK, tingkat sosial ekonomi, nilai Cawu I untuk mata ajaran Matematika, Kimia, dan Sejarah, ada tidaknya pelajaran tambahan bahasa Inggris selama di SD dan SMP, serta tingkat pendidikan orang tua siswa. Kemampuan berbahasa Inggris siswa dinilai dengan sebuah tes yang telah diujicobakan terlebih dahulu. Setelah editing dan pembersihan data, diperoleh ukuran sampel sebesar 876 orang untuk diolah dan dianalisis lebih lanjut. Dengan analisis regresi linear ganda yang memperhitungkan berbagai variable kendali, ternyata tidak ditemukan adanya perbedaan kemampuan berbahasa Inggris yang bermakna secara statistik antara mereka yang memperoleh pengajaran bahasa Inggris di SD dengan mereka yang tidak memperolehnya (p = 0.1789). Variabel lain yang dalam model akhir analisis multivariable tersebut ditemukan memiliki hubungan positif terhadap kemampuan berbahasa Inggris siswa adalah nilai Cawu I untuk mata ajaran Sejarah yang lebih baik (p < 0.0001), perolehan pelajaran tambahan bahasa Inggris selama lebih daripada satu tahun (tidak tergantung apakah di SD atau SMP; p < 0.0001), serta nilai Cawu I untuk mata ajaran Matematika yang lebih tinggi (p = 0.0001). Dengan demikian dapat diperkirakan, bahwa pengajaran bahasa Inggris di SD seperti yang diberikan antara tahun ajaran 1985/1986 sampai dengan tahun ajaran 1989/1990 (pada waktu itu siswa SMU yang diteliti sekarang masih ada di tingkat SD) agaknya akan lebih bermanfaat apabila bentuk penyampaiannya disesuaikan seperti yang diperoleh mereka pada pelajaran tambahan bahasa Inggris (kursus atau pun les privat). Penelitian sejenis disarankan untuk dilaksanakan pada kelompok siswa SMU lainnya di Jakarta maupun di luar Jakarta. Demikian pula dapat dilakukan perbandingan materi maupun cara-cara penyampaian pengajaran bahasa Inggris untuk tingkat SD di sekolah-sekolah (seperti yang diberikan antara tahun 1985 s/d 1990) dengan pelajaran tambahan yang diberikan pada kursus atau les privat, juga dengan materi dan cara-cara penyampaian pengajaran bahasa Inggris di SD sekarang. |