Dalam sastra Indonesia, Realisme sosialis muncul dengan mendadak, karena sejarah sastra kita tidak mengenal realisme jenis manapun, entah itu realisme kritis atau realisme psikologis. Realisme sosialis diperkenalkan, dikuasai dan dijadikan senjata oleh aktivis komunis dan kelompok perangan yang tergabung dalam organisasi Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang dibentuk pada tanggal 17 agustus 1950. Kelompok komunis nampak memahami betul dan bahkan memonopoli penafsiran arti dari istilah tersebut, yang disarikan menjadi slogan "politik adalah panglima". Kelompok-kelompok pengarang lain, yakni kelompok-kelompok non-komunis, nampak kurang siap, sehingga menjadi bulan-bulanan dan secara sistematis terpojok. Praktis kelompok-kelompok non-komunis baru terbebas dari serangan kelompok komunis dengan senjata realisme sosialnya sesudah G.30.S. PKI dapat ditumpas. |