Penelitian ini dilaksanakan untuk mengukur dan menganalisis produktivitas modal serta tenaga kerja (dengan asumsi faktor lainnya ceteris paribus), disamping menganalisis pengalokasian modal dan tenaga kerja, pada industri pengolahan makanan dan minuman selama tahun 1983-1997. Pengalokasian disini dimaksudkan, pilihan manajemen dalam upaya meningkatkan produksi melalui penambahan atau pengurangan suatu input. Hipotesa yang diajukan adalah: tingkat produktivitas modal lebih tinggi daripada tenaga kerja; serta koefisien modal lebih besar daripada tenaga kerja. Data yang digunakan adalah data makro (Nasional), selama periode 1983-1997, sedangkan untuk mengetahui kondisi aktual digunakan data hasil studi kasus (data Primer) pada beberapa perusahaan yang dikumpulkan di DKI Jakarta dan Jawa Barat, tahun 1999 2000. Metoda atau model pengukuran produktivitas yang diterapkan adalah pendekatan rasio keluaran (output) dan masukan (input). sedangkan untuk mengukur perubahan produktivitas digunakan angka Indeks Produktivitas (IP). Selanjutnya untuk mengukur pengalokasian modal dan tenaga kerja digunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas. Melalui metoda ini dapat dihitung besaran koefisien masing-masing. Besaran koefisien ini-lah merupakan cerminan dari sumbangannya terhadap keluaran (output), artinya apabila koefesien itu besar maka sumbangan terhadap outputnya juga akan besar pula. Hasil pengukuran, menunjukan bahwa: Tingkat produktivitas modal lebih besar daripada produktivitas tenaga kerja; Meskipun angka perubahan produktivitas (IP) tenaga kerja relatif tinggi, baik berdasarkan data primer maupun data sekunder/makro, namun perannya dalam produksi masih belum signifikan. Hal ini disebabkan oleh tingginya angka IP tersebut disebabkan relatif rendahnya produktivitas yang dicapai tenaga kerja. Tingkat produktivitas tenaga kerja pada tahun dasar (1983) adalah 0,01 dan tahun 1997 adalah 0,05 dengan rata-rata IP sebesar 453. Sedangkan modal pada tahun yang sama masing-masing 1,63 dan 2.19 dengan angka IP hanya 135. Secara statistik peranan tenaga kerja tidak signifikan, berdasarkan data Nasional/sekunder maupun data primer. Hasil pengujian hipotesa individual/parsial terhadap koefisien regresi berganda (b, dan b,) persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas, hanya koefisien b yang berpengaruh secara signifikan, sedangkan koefisien b: tidak berpengaruh secara nyata dalam memberikan sumbangan terhadap kenaikan output. Kesimpulan, kedua hipotesa Ho diterima, artinya pengalokasian/penambahan modal dalam rangka peningkatan produksi pada industri makanan dan minuman masih menguntungkan dibandingkan dengan menambah tenaga kerja. Disamping itu. tingkat produktivitas modal masih relatif besar dibanding tenaga kerja. Kenyataan ini menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas, khususnya tenaga kerja perlu terus diupayakan dan dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan data lapangan, faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dapat dikelompok kepada; faktor makro (eksternal) dan mikro (internal). Faktor Makro, meliputi; kebijaksanaan Pemerintah, kondisi sosial-politik-keamanan, dan ketersediaan sumber daya. Faktor Mikro, terdapat tujuh faktor yang dianggap mempengaruhi produktivitas, yaitu: (1) faktor bahan baku; (2) tenaga kerja; (3) metoda kerja; (4) pabrik dan perlengkapannya; (5) organisasi dan sistem; (6) teknologi; dan (7) manajemen. Ketujuh faktor tersebut memiliki tingkat yang berbeda, berdasarkan data primer, kelompok "Amat Berpengaruh" pada kenaikan atau penurunan produktivitas, yaitu; faktor bahan baku, tenaga kerja dan metoda kerja. Kelompok "Berpengaruh", meliputi faktor pabrik dan perlengkapannya, organisasi dan sistem, teknologi serta manajemen, termasuk faktor makro. |