Pengelolaan struktur modal (capital structure) saat ini merupakan masalah strategis manajemen keuangan, kekurangan tahuan akan pengelolaan struktur modal yang optimal akan mengakibatkan resiko keuangan yang tidak sedikit. Beberapa model pembiayaan dalam rangka pengelolaan struktur modal dapat digunakan yaitu melalui : pendekatan pendapatan bersih (net income approach), pendekatan pendapatan bersih operasi (net operating income approach), pendekatan tradisional (tradisionil approach). Dalam pengelolaan struktur modal dikenal juga istilah "leverage factor" yaitu kondisi dimana perusahaan menanggung beban tetap kepada pihak kreditor. Menurut Franco Modigliani dan Merton H.Miller (M&M) perubahan leverage tidak mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Hal ini sejalan dengan apa yang diuraikan dalam pendekatan Pendapatan Bersih Operasi. M&M juga mengatakan bahwa biaya modal mempunyai hubungan atau kaitan dengan hutang jangka panjang. Pengelolaan struktur modal dengan tingkat hutang jangka panjang seberapapun nkan mendapatkan pengurangan pajak karena adanya biaya bunga (Tax deductibility of interest expense), namun bila hutang jangka panjang melebihi 50% dari modal maka akan meningkatkan resi ko finansial seperti resiko kebangkrutan atau resiko likuidasi dengan demikian hal tersebut juga meningkatkan biaya modal. Pada dasarnya pengelolaan struktur modal yang optimal adalah menjaga agar supaya nilai pasar perusahaan tetap tinggi, sementara resiko yang melekat sedapat mungkin diperkecil sedemikian rupa. Untuk itu pengelolaan struktur modal yang optimal menjadi sangat perlu. Dalam illustrasi perusahaan hipotetis akan diperlihatkan bagaimana pengaruh leverage pada pembayaran total kepemegang saham yang semakin meningkat karena adanya penghematan pajak yang diakibatkan dari kenaikan hutang; tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor untuk menutup resiko yang melekat dengan adanya leverage ini, kemudian nilai pasar saham yang dihitung dengan memberikan discount factor tertentu sesuai dengan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor, untuk selanjutnya investor tersebut akan menawarkan sahamnya sesuai harga yang setara dengan present value tersebut. Hal terpenting dalam pengelolaan struktur modal yang optimal adalah : maksimalisasi nilai pasar perusahaan (maximizes the value of the firm), maksimalisasi harga sahamnya (maximizes its share price) dan meminimalkan rata-rata tertimbang biaya modal perusahaan (minimizes the firm's wighted average cost of capital). Beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu : tingkat bunga yang berlaku, stabilitas dari pada keuntungan, susunan aktiva, kadar resiko aktiva, jumlah modal yang dibutuhkan, kondisi pasar modal dan sifat manajemen. Dengan mendasari hal tersebut diatas, maka survey ini dibuat. Survey ini merupakan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan go publik atas pengelolaan struktur modalnya serta pengaruhnya pada nilai pasar perusahaan (market value of the firm). Diilhami oleh survey majalah SWA yang menghasilkan 100 perusahaan terbaik Indonesia, maka survey ini dibuat. Kriteria yang digunakan oleh SWA dalam melakukan survey tersebut adalah ; pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih. Assets Turn Over (ATO), Debt to Equity Ratio (DER), likwiditas. Return On Assets (ROA). Return On Equity (ROE), Profit on Sales - Net (POS-Net) dan Profit on Sales - Gross (POS-Gross), kemudian dari pada itu penulis mencoba mengadakan survey dengan data yang dihasilkan survey SWA yaitu 100 perusahaan terbaik di Indonesia dengan menggunakan kriteria yang berbeda dari sebelumnya yaitu struktur modal dan nilai pasar perusahaan. Hasil yang diperoleh dari survey ini, menyatakan bahwa perusahaan yang menurut perkiraan semula merupakan perusahaan dengan peringkat baik. namun beberapa diantaranya mempunyai resiko finansial yang cukup tinggi, karena harus menanggung beban bunga yang cukup besar sehingga perusahaan menghadapi resiko kebangkrutan. Bahwa ternyata sektor industri tertentu mempunyai komposisi tertentu dalam pengelolaan struktur modalnya salah satunya adalah perusahaan asuransi dimana hutang jangka panjang dalam struktur modal (debt in capital structure) rata-rata sebesar 0% alias tidak mempunyai hutang jangka panjang. Beberapa perusahaan konglomerat yang mempunyai akses dengan lembaga keuangan perbankan yang merupakan anak perusahaannya di bidang perbankan, guna menampilkan kinerja yang baik kadangkala melakukan rekayasa struktur modal yang tidak wajar untuk menampilkan kinerja perusahaan secara lebih baik seperti mengklasifikasi hutang jangka panjang sebagai hutang jangka pendek (bank borrowing) melalui cara "roll over" dimanu hutang tersebut setiap tahunnya diperpanjang, sehingga secara formil hutang jangka pendek, namun secara materiil merupakan hutang jangka panjang. Peringkat yang dihasilkan dalam survey dengan variabel struktur modal berbeda dengan peringkat yang dihasilkan dengan menggunakan nilai pasar perusahaan. hal ini disebabkan laba perusahaan menjadi salah satu faktor perhitungan. |