Anda belum login :: 17 Feb 2025 14:49 WIB
Detail
ArtikelKematian yang Tak Terelakan  
Oleh: Adi, Bagus Prasetyo
Jenis: Article from Bulletin/Magazine - ilmiah lokal
Dalam koleksi: Intro: Berpikir Kritis Bertindak Etis vol. III no. 05 (2015), page 14-16.
Topik: Kematian; Refleksi filsuf terhadap kematian; eksekusi mati; hukuman mati
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: II83
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Isi artikelDelapan terpidana mati itu menolak ditutup matanya di saat-saat terakhir hidup mereka. Bahkan, di tengah keheningan malam Pulau Nusakambangan, mereka menyanyikan lagu Amazing Grace. Suara mereka membahana di udara, sebelum peluru-peluru eksekutor menghentikannya dan kemudian menghabisi nyawa mereka. Tim eksekutor telah mengeksekusi delapan terpidana mati pada pukul 00.35 dan para pesakitan itu dipastikan meninggal dunia pukul 01.02, Rabu, 29 April 2015. Kisah eksekusi di atas hanyalah satu dari sekian banyak gambaran bagaimana hidup manusia di dunia ini berakhir. Kita, manusia ini, lahir, hidup dan pada suatu saat menemui ajal. Ada yang karena usia tua, sakit, mengalami kecelakaan, atau, seperti kisah para terpidana mati tersebut, dihabisi oleh orang lain (para eksekutor, atas nama negara). Bagi manusia, kematian menjadi realitas yang tidak terelakkan. Tapi, sebagai kenyataan yang tidak terelakkan, seringkah kita emoh memikirkannya, memilih fokus pada hal-hal lain, sampai tahu-tahu ia datang kepada kita juga. Maka, sebenarnya ada baiknya kita merenungkan pokok ini, karena kisah manusia tidak akan lengkap apabila tidak ada pertanyaan tentang makna kematian; "Mengapa kita harus mati? Mengapa hidup kita harus berakhir?"
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.046875 second(s)