Anda belum login :: 23 Nov 2024 07:17 WIB
Detail
ArtikelPolitik Identitas Masyarakat Perbatasan Indonesia-Malaysia: Kasus Badau di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat  
Oleh: Abdullah, Irwan ; SARI, INTAN PERMATA
Jenis: Article from Journal - ilmiah nasional - terakreditasi DIKTI - non-atma jaya
Dalam koleksi: Jurnal Kawistara: Jurnal Sosial dan Humaniora vol. 04 no. 03 (Dec. 2014), page 225-236.
Topik: Studi Perbatasan; Identitas kultural; Politik Identitas; Kalimantan Barat; Border Studies; Cultural Identity; Identity Politics; and West Borneo
Fulltext: KK3022504032014.pdf (310.54KB)
Ketersediaan
  • Perpustakaan Pusat (Semanggi)
    • Nomor Panggil: KK30
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Isi artikelStudi wilayah perbatasan menjadi sangat penting sejak batas Negara melahirkan ketegangan kedaulatan dan identitas dalam hubungan Indonesia dengan sepuluh Negara tetangga. Wilayah perbatasan tidak dapat dipandang sebagai wilayah netral tanpa makna karena menjadi cermin suatu bangsa akibat keberadaannya sebagai pintu gerbang masuknya orang dan barang dari Negara lain. Wilayah perbatasan karenanya bukan saja sebagai pernyataan batas administratif negara yang berpengaruh terhadap kedaulatan suatu Negara, tetapi juga batas kultural yang menegaskan identitas bangsa. Tulisan ini memperlihatkan bahwa batas administrative-politis yang membelah etnis Dayak Iban menjadi dua bagian telah pula melahirkan ketegangan hubungan Negara-rakyat di perbatasan karena tuntutan nasionalisme berhadapan langsung dengan identitas etnis yang telah terganggu.Keberadaan etnis yang mendua telah berpengaruh pada pemeliharaan identitas dan nasionalisme masyarakat perbatasan yang memperlihatkan suatu gugatan terhadap peran negara.Apalagi, kehidupan Dayak Iban di Badau bertolak belakang dengan Dayak Iban di Lubok Antu Serawak yang lebih sejahtera. Kenyataan bahwa penduduk di perbatasan hidup dalam kekurangan, kesulitan, keterbatasan telah menyebabkan terjadinya delegitimasi Negara yang mengancam identitas nasional. Keadaan ini telah menyebabkan masyarakat Badau memiliki tiga identitas, yaitu identitas sebagai masyarakat perbatasan (politik), identitas sebagai bagian dari masyarakat Iban (kultural), dan identitas sebagai bagian dari masyarakat global (ekonomi). Temuan ini mempertajam teori Foote dan Burke dengan memperlihatkan bahwa selain ditentukan oleh hubungan-hubungan struktural, suatu identitas juga dibangun melalui proses kontestatif yang memperlihatkan bahwa aktor juga memproduksi makna dalam menegaskan keberadaannya.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)