Anda belum login :: 24 Nov 2024 00:45 WIB
Detail
ArtikelMetonimia dalam Odong-Odong Fort De Kock  
Oleh: delfia, elly
Jenis: Article from Proceeding
Dalam koleksi: Proceeding The 1st International Seminar on Linguistics (ISOL-I): Language and Its Role in Developing National Identity, Andalas University September 11, 2013, page 40-47.
Topik: puisi; gaya bahasa; metonimia
Fulltext: Metonimia.pdf (6.21MB)
Ketersediaan
  • Perpustakaan PKBB
    • Nomor Panggil: 406 ISO 1
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Isi artikelMetonimia merupakan salah satu bentuk gaya bahasa. Gaya bahasa yang digunakan dalam tulisan atau tuturan lisan bertujuan untuk mendapatkan efek estetika (keindahan). metonimia merupakan gaya bahasa pertautan yang digunakan dalam Odong-Odong Fort De Kock, selanjutnya disingkat OFDK. Sebagai sebuha kumpulan puisi yang ditulis penyair muda asal Sumatera Barat, yaitu Deddy Arsya, ODFK syarat dengan metonimia. Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau istilah -istilah tertentu yang ditautkan pada nama orang, barang, atau merek tertentu sebagai penggantinya. Metonimia yang ditentukan dalam ODFK, ada yang berdasarkan relais tempat, waktu, atribut, penemu atau pencipta, dna metonimia yang berkaitan dengan perbuatan. Metonimia dalam OFDK, di antaranya "Odong-Odong Fort De Kock", "gelas kristal di Ramayan", "syal di Pasar Bawah", "lemang hangat-hangan dari Pariaman", "balsme dan minyak angin Cap Lang", "beruk betina pirang Skandinavia", "ribuan kodi kurdorai", "manik-manik pada ekor tenggiri", "seorang Arab penjual peniti", "dagangan para lamun", "tak ada taksi, baswei, atau trem", "kantor PLN", dan "pertamina terbakar".
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)