Anda belum login :: 23 Nov 2024 06:21 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Keimperatifan Anak SD Terhadap Orang Tua dan Sebayanya Dalam Bahasa Jawa: Penelitian di Sekolah Dasar Jomblang, Semarang
Oleh:
Surmatono, Endang
Jenis:
Article from Proceeding
Dalam koleksi:
Proseding kebahasaan: kongres Bahasa Jawa ke-3 2001
,
page 263-277.
Ketersediaan
Perpustakaan PKBB
Nomor Panggil:
499.22022 TIM p
Non-tandon:
1 (dapat dipinjam: 0)
Tandon:
1
Lihat Detail Induk
Isi artikel
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana anak-anak SD kelas 1 sampai dengan kelas 6 di Jomblang, Semarang yang berbahasa pertama bahasa Jawa cara mengatakan kepada orang tua umumnya ke ibunya dan kepada teman sebayanya untuk 1. minta uang atau sesuatu, 2. menyuruh, 3. menolak, 4. melarang , dan 5. mengajak jalan-jalan atau mengerjakan sesuatu (bermain). Tipa kelas terdiri 5 anak perempuan dan 5 anak laki-laki, kecuali kecuali kelas 2 anak laki-lakinya hanya 3 dan ada 4 anak laki-laki di kelas 3 atau semuanya ada 57 responden anak laki-laki dan anak perempuan. Hasil penelitian ini menujukan ada persamaan maupun perbedaan cara mengatakan keliama hal yang diteliti tergantung kelas yang dikaitkan dengan umur, gender, dan kepada siapa mereka berbicara ke ibunya atau ke teman sebayanya. Dalam minta uang sejak umur muda kelas1 mereka sudah menggunakan kata 'nyuwun' bahasa krama terutama anak perempuan leih sering menggunakan kata itu dibandingkan dengan anak laki-laki sampai dengan kelas empat. Anak laki-laki masih menggunakan bahasa kasar atau ngoko 'njaluk' atau 'keki dhuwite'. Kepada teman sebayanya baik anak perempuan maupun laki-laki jarang atau hampir tidak pernah minta uang tetapi pinjam pensil, setip, bolpen, buku dengan menggunakan kata 'nyilih' kepada teman sebayanya. Di kelas 5 dan 6 hampir semua anak perempuan dan laki-laki menggunakan kata ' nyuwun' dan 'paringi'. Anak-anak masih menggunakan kata 'nyilih' tetapi ada juga yang minta atau meminjam uang dengan mengatakan 'njaluk dhite'. Dalam menyuruh baik anak laki-laki atau anak perempuan pada umur muda di kelas 1 dan 2 langsung menyuruh baik ke ibu maupun teman sebayanya. Sampai di kelas 3 terutama anak perempuan mulai menggunakan bahasa krama atau campur dan menggunakan kata 'tulung' ke ibu atau teman sebayanya. Ke ibunya anak-anak menggunakan bahasa krama dan ngoko. Dalam menolak anak-anak di kelas 1 langsung menolak, perempuan maupun laki-laki kepada ibu maupun temannya. Di kelas 2 dan 3 anak-anak memberikan alasan mengapa menolak baik kepada ibu maupun teman sebayanya. Di kelas5 separuh dari anak-anak perempuan mulai menggunakan bahasa krama atau campuran dibandingkan hanya seorang anak laki-laki yang menggunakan cara itu. Kepada teman sebayanya anak perempuan menggunakan kata 'maaf' sedangkan anak laki-laki tidak. Di kelas 6 sama seperti di kelas 5. Dalam melarang dari kelas 1 sampai kelas 6 hampir semua anak menggunkan kata 'aja' baik kepada ibu maupun teman sebayanya. Di kelas 2 anak perempuan memberikan alasannya pelarangannya dan di kelas 3 anak laki-laki mulai memberikan alasannya. Anak-anak perempuan mulai menggunakan bahasa krama kepada ibunya sedangkan anak laki-laki baru memberikan di kelas 5. Di kelas 6 anak laki-laki maupun anak perempuan memberikan alasan dan peringatan baik ke ibu maupun teman sebayanya. Dalam mengajak sampai kelas dengan kelas 4 anak-anak menggunakan kata 'yuk' baik ke ibu maupun teman sebayanya. Sampai kelas 5 dan 6 , kata 'yuk' dipakai untuk teman sebayanya. Di kelas 5 dan 6 anak perempuan tidak pernah menggunakan kata 'yuk' kepada ibunya dan menggunakan strategi lain untuk mengajak ibunya.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.03125 second(s)