Anda belum login :: 23 Nov 2024 04:27 WIB
Detail
ArtikelTinjauan-Ulang Kritis Terhadap Makna Reduplikasi-Khas Bahasa Madura  
Oleh: Mirzadevi, Anggia ; Gunawan, Jimy C.
Jenis: Article from Proceeding
Dalam koleksi: KOLITA 13 : Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Ketiga Belas : Tingkat Internasional, Jakarta, 8-9 April 2015, page 157-160.
Topik: reduplikasi; berlagak; bahasa Madura; semantik
Fulltext: (157-160) Anggia M., Jimy C.G. - Tinjauan-Ulang . . . - 020415.pdf (169.0KB)
Ketersediaan
  • Perpustakaan PKBB
    • Nomor Panggil: 406 KLA 13
    • Non-tandon: tidak ada
    • Tandon: 1
 Lihat Detail Induk
Isi artikelMakna semantik reduplikasi bahasa Madura (BM) berkenaan dengan RSK (reduplikasi suku kata terakhir)-ma+D (kata dasar) telah pernah disinggung sebelumnya dalam Stevens, 1994; Weeda, 1987 dalam Lunden, 2004; Sofyan, 2007; Davies, 2010; Munif, X; dan Sofyan, 2012. Seluruh penelitian ini menyatakan bahwa reduplikasi tipe tersebut digunakan untuk menandakan seseorang yang berpura-berpura, berlagak, atau sok menjadi atau melakukam sesuatu (yang dalam Sofyan, 2007 disebut dengan istilah “berlagak seperti orang...”). Salah satu dari dua peneliti (Anggia) yang merupakan penutur asli bahasa Madura dapat merasakan bahwa terdapat beberapa kata yang meskipun memakai pola tersebut ternyata bermakna lain. Pada dasarnya, seseorang akan mengucapkan RSK-ma+D jika ia merasa orang lain sedang berpura-pura atau berlagak, contoh: oreng ruwa bu-malabu (orang itu berlagak jatuh) yang berarti bahwa meskipun orang itu terlihat jatuh, si penutur tidak menganggap bahwa orang itu jatuh. Bandingkan dengan kata lain berpola sama, contoh: oreng ruwa lat-matelat (orang tersebut sengaja telat). Ini bermakna bahwa orang tersebut telat dan penutur juga menganggap orang tersebut telat, namun dengan kesengajaan dan tentunya si penderita tidak bisa berpura-pura telat—situasi dan anggapan si penutur sinkron. Contoh lainnya terjadi pada kata gu-malaggu, seperti dalam kalimat oreng ruwa mon dateng lako gu-malaggu [(orang itu jika datang selalu (sengaja) terlalu pagi—lebih pagi dari yang diharapkan]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makna semantik lain dari RSK-ma+D adalah untuk menandakan kesengajaan tanpa unsur kepura-puraan atau lagak, dan keterangan( waktu atau posisi) yang disertai unsur kesengajaan. Absennya makna semantik tersebut menurut kami diakibatkan oleh karya tulis mereka yang lebih berfokus pada aspek morfologis ketimbang semantik. Kedua, adalah bisa jadi karena data yang digunakan kurang lengkap sehingga menyebabkan pola makna lain tadi tidak disadari. Pengumpulan kata-kata yang memiliki makna non-berlagak dalam karya tulis ini berasal dari peneliti sendiri dan beberapa kerabat peneliti yang merupakan penutur asli bahasa Madura. Kami berharap, melalui analisis reduplikasi RSK-ma+D dalam kajian semantik ini dapat memperkaya makna semantik lain yang bisa dibentuk dari rumus tersebut.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)