Anda belum login :: 17 Feb 2025 07:34 WIB
Detail
ArtikelSISTEM PRODUKSI RAMAH LINGKUNGAN PADA BUDIDAYA PERIKANAN LELE (Konsep Sistem Produksi Pada Perikanan Lele)  
Oleh: Purwoko, Sugeng
Jenis: Article from Proceeding
Dalam koleksi: Industrial Engineering Conference (IEC) Yogyakarta, 6 Desember 2014: Peran Teknik Industri dalam Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah untuk Mendukung Ketahanan dan Kemandirian Perekonomian Bangsa, page XLI 1-7.
Topik: probiotik; bioflok; green water system; FCR; SR
Fulltext: 41. Sugeng Purwoko.pdf (312.27KB)
Isi artikelSecara umum kontribusi sektor pertanian terhadap perndapatan Nasional mengalami penurunan, dan bergeser ke sektor industri manufaktur. Data statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1985 sektor manufaktur berada pada peringkat kedua dalam kontribusi pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 15,98 %, sedangkan sektor sektor pertanian berada pada peringkat pertama dengan kontribusi 23,21 %. Sejak tahun 1991, kondisi ini mulai terbalik, peringkat pertama adalah sektor industri (20,96 %) diikuti peringkat kedua oleh sektor pertanian (19,66 %). Data terakhir tahun 2000 menunjukkan kontribusi sektor pertanian menjadi 17,03 %, sementara sektor industri manufaktur meningkat hingga 26,16 %. Adanya pergeseran kontribusi sektoral ini karena makin rendahnya daya tarik sektor pertanian dan karena faktor pertumbuhan penduduk di pulau Jawa menjadikan tingkat kepemilikan lahan semakin sempit. Rendahnya tingkat pendapatan di sektor pertanian menjadikan masyarakat beralih ke sektor yang lebih menjanjikan yaitu sektor industri. Sektor perikanan merupakan salah satu bagian (sub sektor) dari pertanian. Pemerintah memberikan perhatian khusus melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang dimaksudkan untuk lebih mengoptimalkan sektor ini karena potensinya yang luar biasa sebagai Negara maritime. Akan tetapi tingginya biaya investasi dan operasional menjadikan sektor perikanan tidak lagi menjadi sektor yang menjanjikan, terutama dalam menopang ekonomi masyarakat pedesaan dan pesisir. Karena keterbatasan pengetahuan dan teknologi budidaya, pola budidaya yang konvensional masih mendominasi. Terobosan teknologi untuk mengurangi konsumsi pakan dan biaya investasi lainnya masih belum diupayakan. Kondisi ini yang memicu ketergantungan petani terhadap harga jual hasil panen. Fluktuasi harga seringkali tidak memihak pada petani, pada titik terendah, petani ikan hanya mendapatkan keuntungan yang tidak seimbang dengan modal dan tenaga kerja yang dikeluarkan. Perkembangan teknologi mikrobiologi menjadi satu terobosan baru dalam dunia perikanan. Aplikasi teknologi ni mampu menurunkan tingkat konsumsi pakan hingga pada food convertion ratio (FCR) 0,7, dengan tingkat survival rate (SR) hingga 90 %, meminimasi tingkat penggantian air sehingga biaya operasional secara umum bisa diturunkan. Konsep padat tebar dengan pemakaian mikroba pada budidaya juga berakibat pada kebutuhan lahan budidaya yang lebih sempit hingga 25 % dari cara tradisional, yang dengan kata lain produktivitas per luasan lahan juga mengalami peningkatan. Pada capaian FCR hingga angka 50 %, harga jual terendah pun masih memberikan keuntungan yang cukup menjanjikan. Pemakaian probiotik (mikroba bermanfaat) dan rekayasa ramuan probiotik diharapkan mampu menekan FCR. Teknologi bioflok, adalah teknologi budidaya yang lazim diaplikasikan dalam peternakan udang, lele dan nila. Pada aplikasi perikanan lele dengan pemanfaatan probiotik dan teknis budidaya yang intensif untuk mendapatkan FCR rendah hingga pada kisaran 50-70 %. Konsep green water system juga memberikan capaian FCR hingga kurang dari 50 %, dengan pemakaian mikroorganisme yang intensif.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)