Anda belum login :: 23 Nov 2024 03:17 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Peluang dan Tantangan Industri Otomotif dan Komponen Otomotif Di Indonesia
Oleh:
Kosasih, M.
Jenis:
Article from Proceeding
Dalam koleksi:
Prosiding Seminar Nasional Teknik Industri Badan Kerjasama Penyelenggara Pendidikan Tinggi Teknik Industri (BKSTI) 2014: Bukittinggi, 2-4 September 2014
,
page 5: 13-19.
Topik:
Peluang
;
Tantangan
;
Industri
;
Otomotif
;
Komponen
Fulltext:
3. bksti7-506 (M. Kosasih) 13-19.pdf
(502.53KB)
Isi artikel
Tujuan tulisan ini adalah untuk dapat mengetahui peluang dan tatangan industri otomotif dan komponen otomotif di Indonesia, terutama UKM dan individu yang tergabung di Koperasi Industri Komponen Otomotif (KIKO) Indonesia. Juga untuk mendapatkan data tentang perkembangan (omset) dan permasalahan yang dialami oleh UKM, khususnya pengusaha anggota KIKO Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan studi deskriptif.. Data yang didapatkan melalui wawancara dan dokumen. Responden dalam pengambilan data adalah seluruh anggota KIKO Indonesia. Hasil data dianalisis secara kualitatif juga dianalisis secara kuantitatif. Pertumbuhan pasar otomotif dan komponen otomotif begitu pesat bersamaan dengan tumbuhnya industri otomotif dan industri komponen otomotif di Indonesia saat ini, tetapi perkembangannya tidak dibarengi dengan kemajuan industri dalam negeri, terutama dari sisi teknologi, pengadaan bahan baku dan permodalan. Perkembangan Koperasi Industri Komponen Otomotif (KIKO) Indonesia yang didirikan pada tanggal 10 februari 2012, saat ini beranggotakan 70 orang yang terdiri dari 60 pengusaha dan 10 profesional. Dari 60 pengusaha anggota KIKO Indonesia memiliki karyawan sejumlah 7780 orang dengan omset tahun 2013 berkisar hampir 1,4 triliun meningkat lebih kurang 13 % dibanding tahun 2012 dan sebagian besar yaitu 53 atau 89 % dari 60 pengusaha adalah pembuat komponen Original Equipment Manufacturing (OEM) yang ordernya masih tergantung pada pengusaha asing atau Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM). Artinya bahwa kemajuan industri dalam negeri sangat tergantung dari perkembangan ATPM yang notabene adalah peruasahaan asing di Indonesia. Dari 60 pengusaha anggota KIKO, 10 pengusaha diantaranya adalah layer satu, selebihnya 43 pengusaha atau 72 % adalah layer dua dan/atau layer tiga yang jumlah karyawannya dibawah 100 orang. Bagaimana industri dalam negeri menjadi tuan rumah dinegara sendiri, menjadi bagian tanggung jawab semua pihak. Diharapkan kedepannya industri dalam negeri dapat tumbuh dan berkembang lebih baik lagi, terutama industri otomotif dan komponen otomotif yang pasarnya terus meningkat di Indonesia. Sebagai gambaran dari hasil pengamatan didapatkan ternyata IKM yang memiliki omset kurang dari 10 milyar setahunnya lebih sensitif dibandingkan dengan IKM yang memiliki omset diatas 20 milyar setahunnya. Pertama bahwa IKM dengan omset dibawah 10 milyar setiap tahun umumnya ada pada posisi layer dua dan/atau layer tiga, kedua secara teknologi juga mesin dan peralatan yang dimiliki sudah sangat tua dan ketiga dari sisi permodalan IKM tidak mampu membeli material dengan jumlah yang lebih banyak sehingga menimbulkan biaya tinggi, belum lagi masalah SDM dan lain sebagainya. Dari sisi lain IKM pembuat komponen After Market (AM) yang dibuat oleh anggota KIKO Indonesia belum terlalu banyak yaitu baru 8 perusahaan atau 15 % dari jumlah pengusaha anggota KIKO dan produk yang sudah diakui atau diterima pasar dengan merk yang dimiliki oleh anggota hanya 2 perusahaan saja dari 8 perusahaan yang ada. Sedangkan IKM supporting industri komponen otomotif ada 13 perusahaan atau 24 % dari perusahaan anggota KIKO. Disamping itu ada anggota KIKO yang mengerjakan multi pekerjaan seperti IKM sebagai subkontraktor juga mengerjakan pekerjaan after market 5 perusahaan atau 9 %, IKM sebagai subkontraktor juga mengerjakan pekerjaan untuk supporting industri komponen 6 perusahaan atau 11 % dan IKM yang membuat komponen after market juga supporting berjumlah satu perusahaan saja atau hanya 2 %. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan potensi industri dalam negeri maka yang harus dilakukan adalah: (1) Pembinaan SDM lebih fokus (berjenjang dan berkesinambungan), (2) Peningkatan teknologi indutri, (3) Pengadaan bahan baku (4) Keberpihakan terhadap industri dalam negeri, dan (5) Akses pasar serta pemodalan di mudahkan. Dengan demikian diharapkan secara bertahap industri lokal akan terus tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik (menjadi tuan rumah di negara sendiri), terutama industri otomotif dan industri komponen otomotif yang pasarnya terus meningkat di Indonesia.
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)