Harapan meningkatkan kualitas pendidikan, sebenarnya tersirat dalam ps 31 ayat (1) UUD 1945, serta GBHN yang dengan jelas menyebutkan bahwa titik berat di bidang pendidikan adalah meningkatkan kualitas pendidikan. Harapan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, sudah tercermin ketika pemerintah mendengungkan wajib belajar 9 tahun untuk pendidikan dasar mulai tahun 1994. Di tengah menggebunya sebuah harapan, masih ditemukan kerikil yang menjadi hambatan keberhasilan. Kesenjangan yang terjadi di sekolah dasar saat ini, terlalu banyak hafalan dan verbalistik, sehingga siswa SD menjadi "bosan" untuk bersekolah. Adanya kesenjangan dalam proses berpikir konvergen dan divergen pada SD masa kini, penulis menelusuri sejauh mana pengaruh kebosanan belajar di SD berperan dalam keberhasilan belajar siswa. Menyambut harapan peningkatan kualitas manusia Indonesia yang memiliki jati diri, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mengerti seni, mempunyai pandangan jauh ke depan, memiliki kemampuan untuk menata pola pikir dan pola tindakan kreatif, inovatif dan produktif ini, penulis melihat bahwa dimensi berpikir kreatif dapat ditumbuhkan melalui keselarasan pemikiran konvergen dan divergen. Pemikiran konvergen menuntut siswa mencari jawaban tunggal yang paling tepat berdasarkan informasi yang diberikan. Sedangkan pemikiran divergen menuntut siswa mencari sebanyak mungkin jawaban terhadap suatu masalah. Melalui studi kepustakaan dan observasi pada Laboratorium Dinamika Edukasi Dasar Yogyakarta, penulis melihat bahwa pendidikan dasar jenjang SD harus berani mengubah pola belajar "hafalan" ke pola belajar yang menghasilkan "berpikir kreatif". Hal ini dapat dipraktekkan dalam proses belajar mengajar di kelas yang menggunakan teknik - teknik kreatif, meningkatkan peran guru sebagai motivator, membangkitkan suasana belajar - mengajar yang mendukung tumbuhnya kreativitas. Hasil yang dicapai mengaplikasikan teori Guilford yang menekankan pentingnya keselarasan berpikir konvergen dan divergen pada SD Kanisius Mangunan. Laboratorium Dinamika Edukasi Dasar (DED) telah mempraktekkan proses belajar mengajar yang menumbuhkan jiwa ekspoloratif, kreatif, pandangan integral dan mandiri pada sekolah tersebut. Kebosanan yang dialami siswa SD dapat diatasi dengan partisipasi aktif dari para siswa dengan berbagai teknik kreatif dalam kegiatan belajar mengajar di sekolahnya. Pada akhirnya baik produktivitas maupun mutu manusia Indonesia sangat ditentukan oleh mutu pendidikan dasarnya. Maka pada pendidikan dasarlah bergantung mutu pembangunan masa depan. |