Anda belum login :: 23 Nov 2024 09:31 WIB
Detail
ArtikelKondisi Tenaga Kerja dan Potensi Ekonomi Koridor Ekonomi Sulawesi dalam Menghadapi Tantangan MP3EI  
Oleh: Antarwati, Endang
Jenis: Article from Bulletin/Magazine
Dalam koleksi: Warta Demografi vol. 40 no. 04 (2010), page 15-26.
Topik: MP3I; Angkatan Kerja; SDM; Sulawesi
Ketersediaan
  • Perpustakaan PKPM
    • Nomor Panggil: W5
    • Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0)
    • Tandon: tidak ada
    Lihat Detail Induk
Isi artikelDalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), pembangunan Koridor Ekonomi Sulawesi diarahkan sebagai "Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas dan Pertambangan Nasional". Masalahnya, apakah sumber daya manusia yang ada sudah siap untuk menerima dan merespon desain pembangunan yang ditetapkan pemerintah pusat ini? Apakah daya manusia yang ada dapat menjawab tantangan ini dengan meningkatkan produktivitasnya sehingga dapat berkompetisi dengan perekonomian global? Dengan menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010, dan PDRB koridor Sulawesi tahun 2007-2010 ditemukan gambaran bahwa: Pertama, Potensi SDM di koridor ini jumlah angkatan kerjanya sangat besar. Kedua, Dengan komposisi angkatan kerja demikian, perekonomian mampu menyerap 93.1 persen di berbagai kegiatan ekonomi yang berarti terdapat 6.9 persen angkatan kerja yang menganggur. Ketiga, dari total penduduk yang bekerja, terdapat 4.3 persen pekerja yang melakukan mobilisasi kerja. Keempat, dengan melihat perbedaan antara jumlah penawaran dan permintaan tenaga kerja, maka terdapat gap diantara keduanya. Gap ini dapat dijembatani dengan pengembangan terhadap sektor-sektor unggul. Kelima, sektor-sektor yang dinyatakan unggul saat ini adalah sektor keuangan (di subsektor bank bank dan subsektor real estate), perdagangan (di subsektor perdagangan besar dan eceran), transportasi (di subsektor angkutan jalan raya, angkutan laut dan angkutan udara), bangunan serta pertanian (di subsektor perkebunan, bahan pangan dan perikanan). Jadi, saat ini perekonomian koridor Sulawesi sudah bergerak dari sektor primer (pertanian) ke sektor sekunder (perdagangan, transportasi, bangunan) dan tersier (keuangan). Untuk percepatan dan perluasan kegiatan ekonomi, perlu dukungan lebih pada sektor-sektor ini. Keenam, Tren Upah Minimum Propinsi (UMP) koridor Sulawesi tahun 2006-2011 menunjukkan peningkatan kenaikan rata-rata terbesar di Sulawesi Selatan, disusul Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan Gorontalo mengalami kenaikan rata-rata UMP terendah. Ketujuh, secara umum, jenis pekerjaan terbanyak adalah tenaga usaha tani, kebun, ternak, hutan, ikan dan perburuan. Kedelapan, program pelatihan yang diberikann di setiap propinsi didominasi oleh pelatihan elektro. Padahal idealnya program pelatihan diberikan disesuaikan dengan kebutuhan kerja. Kesembilan, data infrastruktur di setiap propinsi melalui Bappeda masih sangat minim sehingga sulit untuk menganalisis apakah infrastruktur yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan berbagai sektor ekonomi di suatu wilayah, terutama untuk sektor unggulan.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali
design
 
Process time: 0.015625 second(s)