Sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia, perekonomian Indonesia dalam tahun 1996 secara umum menunjukan kondisi yang cukup baik, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7%. Dan untuk menghadapi pelaksanaan AFTA (ASEAN FREE TRADE AREA) pada tahun 2003 nanti, maka produk dalam negeri akan mendapat saingan dari produk sejenis yang dihasilkan oleh negara ASEAN. Hal ini tentunya akan mendorong para pengusaha/eksportir untuk dapat melakukan atau meningkatkan ekspornya. Untuk itu kerjasama dan pengertian dari semua pihak baik pemerintah maupun swasta sangat diharapkan agar produk dalam negeri tidak hanya menjadi "penonton di rumah sendiri". PT. Bank "X" (Persero) sebagai salah satu bank pemerintah yang sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat berusaha membantu pemerintah dalam peningkatan ekspor non migas yaitu dengan menyalurkan jasa-jasanya untuk memudahkan para eksportir, menetapkan tarif dalam transaksi ekspor sesuai dengan prosedur Bank Indonesia dan tentunya sesuai dengan konsumen, serta memberikan kredit-kredit untuk merangsang peningkatan ekspor. Metodologi penelitian yang digunakan penyusunan adalah riset pustaka dengan cara membaca buku dan literatur di perpustakaan, riset lapangan dengan melakukan kunjungan ke perusahaan. Dari hasil dan analisa dengan program SHAZAME maka diperoleh hasil penelitian R-square sebesar 99,51% sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh perubahan pendapatan ekspor disebabkan oleh beberapa faktor Independen yang penulis teliti (tarif, biaya, kredit menurut sektor ekonomi, realisasi ekspor dan tingkat diskonto Bl). Oleh karena itu PT. Bank "X" (Persero) dalam penetapan tarif transaksi ekspor sebaiknya lebih berhati-hati dan dalam pemberian kredit agar lebih ditingkatkan lagi sehingga dapat merangsang para eksportir untuk melakukan ekspor/meningkatkan ekspor sehingga pendapatan dapat meningkat. |