Pada tahun 1992 tingkat penjualan kompor gas portable MP 41 A mengalami penurunan, sehingga Hitachi MP 41 A kalah bersaing dengan Rinnai RY 400 ST yang mengakibatkan posisi market leader bergeser menjadi market challenger, untuk mengantisipasi kendala ini PT MHSI melakukan strategi baru yaitu dengan melakukan pengembangan produk (inovasi) dari segi teknik dan perubahan harga yang lebih ekonomis. Dengan adanya pengembangan produk baru ini maka posisi market leader dapat direbut kembali dan rata-rata tingkat penjualan antara Hitachi, Rinnai dan Sanyo terdapat perbedaan yang cukup jelas dan untuk menguji apakah sebelum dan sesudah pengembangan produk terdapat perbedaan atau tidak pada tingkat penjualan kompor gas portable tersebut maka Penulis menggunakan metode hipotesa statistik dan analisis varians. Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa sebelum pengembangan produk diperoleh F0 (hitung) < Fx table, yaitu: C.87 < 3,11. Berarti Ho diterima dan Ha ditolak, dengan demikian terlihat tidak ada perbedaan antara rata-rata tingkat penjualan kompor gas portable Hitachi dengan pesaing (Rinnai dan Sanyo). Selain itu juga diketahui pangsa pasar dari setiap kompor gas portable sebagai berikut: Persentase : Hitachi = 33,50 % Rinnai = 33,66% Sanyo = 32,84% Dan setelah pengembangan produk, diperofeh F0 (hitung) > Fx tabel yaitu: 362.309 > 3,11 berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terlihat adanya perbedaan antara tingkat penjualan kompor gas portable Hitachi dengan Rinnai dan Sanyo. Selain itu juga diketahui pangsa pasar dengan setiap kompor gas portable sebagai berikut: Persentase: Hitachi = 40,23 % Rinnai = 33,93 % Sanyo = 25,84% Dengan demikian, hipotesis kerja bahwa adanya pengembangan produk impor gas portable Hitachi MP 41 A menjadi MP 4000 menyebabkan terjadinya perbedaan yang meningkat antara rata-rata tingkat penjualan kompor gas portable merk Hitachi MP 4000 dibandingkan dengan rata-rata tingkat penjualan impor gas portable Rinnai RY 400 ST dan Sanyo GCS 3300 terbukti. |