Dengan kekhawatiran atas sampah makanan sisa secara global yang mencapai angka 17% dari total makanan yang tersedia, maka setiap kegiatan konsumsi harus memperhatikan konsekuensi dari makanan yang tidak habis. Selain pada konsumsi secara umum, terdapat kekhawatiran lebih untuk industri jasa makanan khususnya dengan konsep all you can eat. Menggunakan teori perilaku konsumen dan operant conditioning, penelitian ini diharapkan dapat menggali perilaku konsumen restoran Shabu Hachi lewat komponen yang ada. Untuk mendukung hal tersebut, penelitian dilakukan dengan metode kualitatif untuk menggali lebih dalam pada perilaku konsumen. Selain itu, penelitian ini memilih fokus pada cabang restoran Shabu Hachi yang berada di The Breeze BSD. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara semi-terstruktur dan mendalam pada informan. Sedangkan analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi dan dokumen. Informan yang dipilih merupakan konsumen restoran Shabu Hachi yang berusia aktif bekerja, yang sudah memiliki pekerjaan dan pendapatan (tetap maupun tidak tetap). Jumlah informan yang dipilih adalah sebanyak 5 (lima) orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya respon positif terhadap peraturan denda sisa makanan, namun, adanya kontrol dari pihak manajemen yang tidak konsisten membuat konsumen ragu atas pemberlakuan peraturan tersebut. Selain itu, perilaku konsumen cenderung muncul karena adanya tekanan secara finansial eksternal dan kepercayaan diri finansial konsumen dalam melakukan konsumsi. Sedangkan peraturan yang ada sendiri memberikan tekanan atau stimulus yang tidak diinginkan oleh konsumen berupa denda. Namun, adanya peraturan tersebut berperan sebagai pengingat untuk konsumen dalam melakukan konsumsi dengan bijak. Untuk melihat dampak yang tercipta dari peraturan tersebut secara lebih lanjut, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menggali perubahan perilaku konsumen lewat kunjungan berulang. |