PT. Sarana Energi Investama, selaku perusahaan kontraktor yang berbegrak di bidang elektrikal, tidak hanya menjual beragam komponen elektrikal seperti MCB, relay, dan switch, tetapi juga menyediakan layanan produksi panel listrik yang dapat menyesuaikan permintaan pelanggan. Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan juga menjual berbagai alat kelistrikan seperti MCB (Miniature Circuit Breaker). Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah sering menghadapi kendala ketika stok MCB di gudang mereka habis saat ada permintaan dari pelanggan. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya backorder yang dimana pesanan pelanggan tidak dapat dipenuhi sesuai dengan waktu yang diharapkan atau bahkan mengalami keterlambatan yang signifikan. Backorder dapat menyebabkan efisiensi yang tidak baik dalam rantai pasok dan pengendalian persediaan, oleh karena itu perusahaan memerlukan pengendalian persediaan yang efisien dan efektif dan juga perencanaan produksi yang baik. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah terkait backorder adalah penerapan model P dan Q. Dengan menerapkan model P dan Q, perusahaan dapat mengendalikan persediaan bahan yang menentukan jumlah pesanan dan waktu pemesanan bahan yang optimal sehingga diperoleh tingkat pelayanan yang optimal, nilai persediaan pengaman bahan baku (safety stock). Setelah dilakukan hasil perhitungan model P dan Q, kita bisa melihat perbedaan hasil perhitungan menunjukan bahwa Model Q (Continuous Review System) backorder memberikan nilai biaya persediaan yang paling kecil yaitu senilai Rp759.366,53 jika dibandingkan dengan model P (Periodic Review System) yang memberikan nilai sebesar Rp1.373.985,40. Dengan demikian, implementasi model Q dapat menjadi strategi yang lebih efektif bagi PT. Sarana Energi Investama dalam meminimalisasi backorder dan mengoptimalkan biaya persediaan, dibandingkan dengan model P. |