Ketel uap merupakan suatu mesin yang menggunakan pembakaran bahan bakar untuk memanaskan air dan menghasilkan uap dengan karakteristik tertentu. Proses ini menghasilkan gas rumah kaca dalam jumlah besar yang memiliki efek negatif seperti pemanasan global. Dengan pergeseran manusia untuk mengurangi jejak karbonnya, perlu ada upaya untuk mengurangi emisi gas. Penelitian ini menganalisis efek dari dua parameter operasi yaitu konsumsi batu bara dan juga suplai udara pembakaran terhadap emisi gas yang dihasilkan. Perangkat lunak Aspen Plus telah digunakan untuk melakukan semua simulasi ketel uap. Untuk mengetahui pengaruh aliran udara ke tungku, pengujian S1 dilakukan dengan tingkat konsumsi batu bara 2381 kg/jam dan kisaran AIR-COMB 15.000 hingga 19.000 kg/jam. Selanjutnya, pengujian S2 dan S3 dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsumsi batu bara, dengan nilai 2261,95 kg/jam dan 2142,9 kg/jam masing-masing. Laju AIR-COMB juga bervariasi pada S2 dan S3, dengan jangkauan masing-masing 14.000 - 18.000 kg/hr dan 13.000 - 17.000 kg/hr. Hasilnya dibandingkan pada vol% O2 gas buang sebesar 3,5%. Dari perbandingan analisis sensitivitas S1 hingga S3, parameter operasi optimal yang diperoleh adalah laju konsumsi batu bara sebesar 2142,9 kg/jam dan laju alir AIR-COMB sebesar 15.200 kg/jam. Hasil penerapan parameter operasi optimal pada model menunjukkan penurunan produksi CO sebesar 8,63%, CO2 sebesar 10,02%, NO sebesar 9,76%, NO2 sebesar 10,15%, SO2 sebesar 10% dan SO3 sebesar 10,54%. |