Orang miskin dan orang difabel dapat kita jumpai di seluruh sudut dunia ini. Pada zaman Yesus, orang Farisi memandang mereka yang miskin dan difabelsebagai orang yang berdosa sehingga disingkirkan oleh masyarakatnya. Yesus sendiri tidak menolak orang-orang miskin dan difabel. Kongregasi suster-suster HSHJ singkatan dari Handmaids of the Sacred Heart of Jesus memiliki tujuan untuk menjawab panggilan Allah yang berbelas kasih melalui pelayanannya terhadap orang miskin dan difabel. Dalam penelitian ini, penulis meneliti dan mengkaji bagaimana para calon suster HSHJ yang disebut sebagai suster novis mampu menghidupi spiritualitas kongregasi HSHJ di tengah tantangan zaman. Tujuan penelitian ini ingin membantu para novis HSHJ agar agar sejak awal proses formatio dapat mengenal dan menghidupi nilai-nilai spiritualitas kongregasi HSHJ dalam hidup sehari-hari secara lebih mendalam melalui panggilan mereka sebagai seorang biarawati HSHJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman dan penghayatan para suster novis mengenai nilai-nilai spiritualitas kongregasi yang melayani orang miskin dan difabel masih harus dikembangkan lagi, terlebih di tengah tantangan kehidupan modern zaman ini. Penelitian ini dilakukan dengan metodologi kualitatif, yang mana pengambilan datanya dilakukan melalui tehnik observasi dan wawancara mendalam. Dengan metode ini, penulis lebih mampu memahami hidup keseharian para suster novis. Pada akhirnya, hasil dari penelitian ini membuat penulis menyusun suatu modul katekese pendampingan yang ditujukan bagi pembinaan para suster novis agar lebih terdorong untuk mendalami spiritualitas kongregasi HSHJ dengan lebih mendalam dan kontekstual sesuai dengan kondisi zaman ini. |