Tenaga kerja menjadi kunci utama dalam keberhasilan organisasi sehingga harus selalu dijaga kondisinya. Apabila mereka kelelahan emosional, menghindar, dan tidak percaya diri terhadap pekerjaannya, maka mereka tidak dapat memberikan performa yang maksimal. Kondisi tersebut mengakibatkan individu mengalami job burnout. Salah satu faktornya adalah kurang berminat terhadap pekerjaannya. Minat kerja dapat membantu individu untuk lebih senang, terlibat, dan memiliki makna dalam pekerjaannya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan minat kerja dengan job burnout pada karyawan baru. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain korelasional. Populasi yang dikaji pada penelitian ini berjenis infinite dan teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah convenience dan purposive sampling. Variabel minat kerja diukur dengan EJI dan variabel job burnout diukur dengan M-TBI. Pengumpulan data dilakukan melalui Google Forms dan disebar melalui media sosial serta rekan peneliti. Peneliti mendapatkan 129 partisipan yang bekerja di DKI Jakarta dengan masa kerja maksimal enam bulan. Terdapat dua teknik analisis pada penelitian ini, yaitu analisis deskriptif dan korelasi Spearman. Peneliti menemukan bahwa mayoritas karyawan baru DKI Jakarta memiliki job burnout kategori sedang dan minat kerja kategori tinggi. Jadi, banyak karyawan baru DKI Jakarta cukup merasakan kelelahan, tetapi sangat berminat dalam pekerjaannya. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara minat kerja dan job burnout. Hal ini berarti semakin tinggi minat kerja individu, maka semakin rendah job burnout yang dialami, dan sebaliknya. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada para pelamar kerja untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan minatnya untuk mencegah job burnout. |