Remaja dengan Down syndrome mengalami berbagai tantangan yang unik yang menciptakan tantangan psikologis yang besar. Ketika ibu dari remaja dengan Down syndrome harus berhadapan berbagai tanggung jawab dan tantangan, penting baginya untuk memiliki hardiness untuk menghadapi stres secara efektif. Hardiness adalah pola kognitif, emosional, dan perilaku yang terdiri dari tiga dimensi: commitment (komitmen), control (kontrol), dan challenge (tantangan). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hardiness pada ibu bekerja yang memiliki anak berusia remaja dengan Down syndrome. Jenis penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan desain fenomenologi dan strategi analisis tematik. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi-structured yang melibatkan tiga partisipan dengan karakteristik: (1) ibu bekerja di suatu kantor atau perusahaan selama 6-8 jam per hari lima hari dalam seminggu, (2) mendapatkan upah/gaji, (3) memiliki seorang remaja berusia 10 hingga 18 tahun yang memiliki diagnosis Down syndrome. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive dengan strategi homogenous sampling yang menggunakan member checking sebagai metode validasi data. Semua partisipan menunjukkan komitmen dan kontrol. Partisipan menunjukkan komitmen melalui berinvestasi dalam diri anak dengan memperbanyak aktivitas dan pembelajarannya, sedangkan kontrol muncul dengan mempersiapkan anak agar mandiri. Satu partisipan tidak menunjukkan karakteristik tantangan, di mana yang lain menunjukkannya dalam melihat rintangan sebagai kesempatan untuk berkembang dan mempelajari hal-hal baru, menetapkan target, dan menjadikan komentar negatif sebagai motivasi. Pasangan dan komunitas ABK menjadi sumber dukungan sosial terbesar. Penelitian selanjutnya dapat meninjau dampak jenis kelamin serta perkembangan fisiologis pada diri remaja dengan Down syndrome terhadap hardiness dan tantangan pengasuhan yang dialami oleh orang tua. |