Anda belum login :: 22 Nov 2024 23:54 WIB
Detail
BukuHubungan antara Resiliensi dan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Tahun Pertama
Bibliografi
Author: CECILIA., PRISCILLA ; Santoso, Justinus Budi (Advisor)
Topik: resiliensi; subjective well-being; mahasiswa tahun pertama
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2024    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis
Fulltext:
Abstract
Setiap mahasiswa akan mengalami tahun pertama dalam perkuliahan, selama masa tersebut mereka dihadapkan pada transisi dari sekolah ke perguruan tinggi. Masa ini menjadi penting karena mahasiswa yang kesulitan menghadapi transisi akan cenderung kesulitan juga untuk menghadapi perkuliahan pada tahun selanjutnya. Oleh karena itu, resiliensi dan subjective well-being dibutuhkan dalam menghadapi masa tersebut. Resiliensi membantu mahasiswa tahun pertama menghadapi perubahan dan tuntutan tanpa mengganggu produktivitas atau well-being mereka. Mahasiswa tahun pertama akan cenderung menilai dan berpikir secara positif terhadap proses transisi yang dihadapinya. Penilaian atau evaluasi individu terhadap situasi kehidupannya tersebut disebut juga sebagai subjective well-being. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara resiliensi dan subjective well-being pada mahasiswa tahun pertama.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan sampel sebanyak 256 mahasiswa tahun pertama. Sampel dikumpulkan dengan menggunakan metode non-probability sampling yaitu purposive sampling. Data penelitian ini didapatkan melalui alat ukur Resilience Scale (RS), Satisfaction with Life Scale (SWLS), dan Positive and Negative Affect Scale (PANAS). Data yang terkumpul kemudian di analisis menggunakan teknik korelasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara resiliensi dan subjective well-being. Berdasarkan hasil tambahan dari penelitian menunjukkan bahwa variabel resiliensi memiliki korelasi yang lebih kuat dengan masing-masing dimensi dari subjective well-being. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena menurut penelitian Zajonc (1980), kognitif (life satisfaction) dan afektif (positive affect dan negative affect) adalah dua hal yang terpisah atau bersifat independen. Maka dari itu, berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, terdapat dua pendapat berbeda terkait variabel subjective well-being. Ada yang berpendapat bahwa subjective well-being dapat dilihat sebagai satu kesatuan atau harus dilihat secara terpisah.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.171875 second(s)