Kebutuhan finansial dalam membesarkan anak mendorong kedua orang tua untuk bekerja. Akan tetapi, waktu yang dikerahkan untuk bekerja tidak sedikit. Hal ini menyebabkan waktu, energi, dan perhatian orang tua tersita untuk pekerjaannya. Sementara itu, banyaknya teman dari seorang anak remaja tidak menjamin terhindar dari kesepian. Orang tua tetap berperan penting dalam memberikan dampingan dan arahan, sehingga anak dapat merasa kesepian jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi. Kemudian, kesepian cenderung lebih banyak dialami remaja perempuan akibat dari ketidakstabilan emosi selama pubertas berlangsung. Hal ini menjadi penting untuk diteliti karena kesepian pada remaja dapat menyebabkan gangguan perilaku, bermusuhan, dan prestasi akademik yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kesepian pada remaja perempuan dalam dual earner family. Maka dari itu, peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk mencapai tujuan tersebut. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jenis homogenous sampling. Total partisipan pada penelitian ini sebanyak tiga orang yang menjalani proses wawancara dengan metode semi-structured interview untuk diperoleh datanya. Setelah itu, analisa data diproses dengan analisis tematik dan divalidasi dengan member checking. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh partisipan pernah merasakan kesepian dan tidak dipedulikan oleh orang tua akibat situasi kedua orang tua bekerja. Intensitas emosi meningkat saat menstruasi berlangsung. Seiring beranjak dewasa, partisipan mulai memahami situasi orang tua bekerja, namun masih berharap untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama kedua orang tua dan mendapatkan bimbingan lebih dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Walaupun seluruh partisipan menunjukkan adanya perilaku dan perasaan kesepian, peneliti menemukan bahwa kesepian yang lebih rendah terjadi pada partisipan dengan karakteristik keluarga yang suportif. |