Sikap peduli terhadap penyandang disabilitas perlu dikembangkan pada setiap individu. Sikap peduli dapat dibangun melalui kesadaran untuk melibatkan penyandang disabilitas di berbagai kegiatan agar keberadaan penyandang disabilitas tidak lagi menjadi sesuatu yang asing atau dihindarkan. Penyandang disabilitas sendiri memiliki beberapa faktor untuk dapat berkembang dan bertumbuh yaitu faktor keluarga, faktor diri sendiri, dan faktor masyarakat. Sikap manusia yang tidak mau memperhatikan penyandang disabilitas tersebut tidak sejalan dengan ajaran Gereja yang selalu berupaya menunjukkan eksistensi dan fungsinya di tengah-tengah dunia dengan memperlakukan setiap makhluk ciptaan dengan penuh martabat, termasuk penyandang disabilitas. Paus Fransiskus menekankan pula pada martabat setiap manusia perlu dihormati. Namun sikap peduli masih kurang terlihat di masyarakat luas, termasuk pada umat Katolik. Penyandang disabilitas netra sering diabaikan dan tidak dilibatkan dalam kegiatan masyarakat maupun pelayanan Gereja. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan berbagai dokumen-dokumen Gereja; dokumen Sinode Kontinental, dokumen Dignitas Infinita, Pedoman Untuk Katekese serta sumbangan teolog dari buku The Bible, Disability, and the Church: A New Vision of the People of God, dan buku The Disabled God: Toward a Liberatory Theology of Disability. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman umat tentang landasan iman Gereja Katolik untuk bersikap peduli bagi kelompok penyandang disabilitas, serta dapat mengembangkan program katekese yang dapat membantu umat membangun sikap peduli pada penyandang disabilitas. Penelitian ini diuraikan dalam empat bab; (1) pendahuluan, (2) pengertian penyandang disabilitas dan ajaran gereja tentang peduli terhadap penyandang disabilitas, (3) program katekese untuk umat membangun sikap peduli, (4) kesimpulan dan saran. |