alah satu permasalahan menstruasi yang dapat dialami perempuan adalah premenstrual syndrome (PMS), yaitu sindrom gejala yang dialami ketika fase luteal. Gejala fisik PMS dengan intensitas tinggi dapat dipersepsikan sebagai kondisi yang mengganggu kesehatan individu sehingga dapat menimbulkan kecemasan terhadap kesehatan yang berlebihan, atau yang dikenal sebagai health anxiety. Health anxiety yang tinggi juga sebaliknya dapat membuat individu mempersepsikan gejala PMS sebagai kondisi yang lebih parah. Individu dewasa awal menjadi kelompok usia yang menjadi rentan mengalami PMS dan health anxiety karena mereka mengalami peningkatan tanggung jawab pada kehidupannya, termasuk kesehatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan di antara intensitas gejala PMS dan health anxiety pada individu dewasa awal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional pada 183 perempuan berusia 18-25 tahun yang tinggal di Jabodetabek dan sudah mengalami menstruasi melalui survei daring. Data diperoleh menggunakan alat ukur Premenstrual Symptom Screening Tool (PSST) dan Short Health Anxiety Inventory (SHAI). Peneliti kemudian mengolah data menggunakan teknik analisis Spearman Correlation dan Mann-Whitney U-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel intensitas gejala PMS dan health anxiety. Setiap dimensi intensitas gejala PMS berkorelasi dengan dua dari tiga dimensi health anxiety, yaitu illness likelihood dan body vigilance. Namun, dimensi illness severity tidak berkorelasi dengan variabel intensitas gejala PMS. Sementara itu, hasil uji tambahan variabel health anxiety pada kelompok dengan anggota keluarga/orang terdekat yang memiliki penyakit serius dan yang tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi individu dewasa awal yang mengalami PMS dan health anxiety untuk memahami gejala yang dialami. |