Gangguan terlambat berbicara pada anak dapat menimbulkan tantangan psikologis bagi orang tua, khususnya bagi ibu yang juga berperan sebagai pekerja. Seorang ibu yang bekerja dan memiliki anak berkebutuhan khusus dengan spesifik yaitu anak gangguan keterlambatan berbicara memiliki kesulitan tersendiri. Peran ibu sangat berpengaruh dalam keluarga khususnya untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Dalam penerimaan diri pada ibu bekerja terdapat faktor pendukung salah satunya dukungan sosial dari keluarga terdekat yaitu suami. Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana penerimaan diri (self-acceptance) pada ibu bekerja dengan anak gangguan terlambat berbicara yang berfokus pada peran dukungan sosial dari suami sebagai faktor pendukung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mewawancarai tiga orang ibu bekerja yang memiliki anak dengan gangguan terlambat berbicara, serta melakukan triangulasi data kepada suami yang memiliki peran sebagai faktor pendukung utama bagi penerimaan diri ibu bekerja. Metode analisis yang digunakan adalah analisis data tematik, mengidentifikasi, menganalisis dan melaporkan tema-tema atau pola-pola dari data yang didapatkan, sesuai dengan tujuan penelitian. Pada penelitian ini ditemukan bahwa ibu bekerja melewati tiga fase yaitu fase primary, secondary, dan tertiary dalam penerimaan dirinya, hal ini dapat dijalankan karena adanya dukungan sosial khususnya dari suami yaitu dukungan emosional, penghargaan, material, dan informatif yang diberikan kepada ketiga partisipan. Gambaran penerimaan diri ibu bekerja yang ditinjau dari dukungan sosial suami ini diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam tentang dinamika keluarga dalam menghadapi tantangan yang dihadapi oleh ibu bekerja dengan anak yang memiliki gangguan terlambat berbicara. |