Penggunaan obat herbal yang masih umum terutama di kalangan masyarakat Indonesia membuat jintan hitam (Nigella sativa L.) menarik untuk digali optimasi ekstraksinya. Penelitian ini mengeksplorasi metode Ultrasound-Assisted-Extraction (UAE) dengan fokus pada variasi durasi ultrasonikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi durasi ultrasonikasi sebesar 15, 30, 45, dan 60 menit tidak memberikan perbedaan nyata dalam rendemen ekstraksi dan kadar fenolik total pada jintan hitam asal Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia dan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Durasi ultrasonikasi pada menit ke-15 memberikan rendemen sebesar 8,55 ± 1,01% untuk ekstrak Boyolali dan 9,35 ± 0,69% untuk ekstrak Bantul. Kadar TPC pada menit ke-15 mencapai 1,06 ± 0,25 mg GAE/g untuk ekstrak Boyolali dan 2,29 ± 0,46 mg GAE/g untuk ekstrak Bantul. Kadar timokuinon dalam sampel tidak terdeteksi kemungkinan karena berada di bawah batas deteksi (0,280 mg/mL). Hasil analisis sidik jari kromatografi dengan analisis komponen utama mampu menunjukkan perbedaan kluster dari komponen bioaktif dalam jintan hitam asal Boyolali dan Bantul. Penelitian ini mengonfirmasi efektivitas UAE sebagai metode ekstraksi hijau dan menegaskan bahwa faktor lingkungan penanaman memberikan pengaruh dalam produksi komposisi senyawa bioaktif jintan hitam Indonesia. |