Melampaui Privilese Subjek dan Humanisme: Foucault  

Oleh:

Suriaputra, Reza

Jenis: Article from Journal - ilmiah nasional
Dalam koleksi: Driyarkara: Majalah Filsafat vol. 33 no. 02 (2012), page 37-52.
Topik: humanisme; subjek; privilese subjek; anti-humanisme; kuasa/pengetahuan; arkeologi; genealogi; bio-power (bio-kuasa).
Fulltext: dri 37- 52 Melampaui Privilese Subjek dan Humanisme Foucault.pdf (8.74MB)

Ketersediaan

Perpustakaan PKPM Nomor Panggil: M52 Non-tandon: 1 (dapat dipinjam: 0) Tandon: tidak ada

Lihat Detail Induk

Isi artikel

Manusia, sejak zaman Renaisans, telah menjadi pusat dalam memandang segala sesuatu. Di zaman modern, keberpusatan pada manusia ini melahirkan subjektivitas, yaitu kesadaran diri sebagai pusat realitas sekaligus tolok ukur bagi segala sesuatu. Singkatnya, kesadaran diri sebagai subjek. Subjek ini pun kemudian diberi berbagai privilese, dengan tujuan menjamin kepastian pengetahuan yang menjadikannya sebagai tolok ukur. Pemberian privilese pada subjek memang membuat filsafat dan ilmu pengetahuan modern maju dan berkembang. Namun dengan segera, keterbatasan subjek sebagai penjamin pengetahuan dapat dirasakan. Dalam tradisi filsafat Kontinental, pelbagai gugatan pada privilese subjek pun dapat dilancarkan. Bahkan pada perkembangan selanjutnya, upaya pelucutan privilese subjek dan pelampauan humanisme menjadi bagian penting dan salah satu ciri khas dari filsafat Kontinental. Salah satu pemikir dalam tradisi filsafat Kontinental abad ke 20 yang melakukan upaya tersebut adalah Michael Foucoult. Baginya persoalan subjek menjerat filsafat dan ilmu pengetahuan kemanusiaan modern hingga mengalami kemandekan. Ia sendiri berusaha mengatasi persoalan subjek dengan melampaui asumsi yang mendasarinya, yaitu humanisme. Tulisan berikut ini hendak mempelajari upaya pelampauan subjek dalam sejarah filsafat KOntinental, dengan berporos pada kritik anti-humanisme Foucoult.

Opini Anda

Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Kembali