Film Dua Garis Biru merupakan produksi Indonesia yang mengangkat isu sosial mengenai seksualitas remaja dengan genre drama dan komedi. Film ini mengisahkan dua pasangan remaja SMA yang saling mencintai, namun keputusan mereka untuk terlibat dalam seks pranikah mengakibatkan konsekuensi serius, seperti kehamilan dan kerugian masa depan. Permasalahan ini menyoroti kurangnya pemahaman tentang pendidikan seks dan reproduksi yang pada akhirnya membawa dampak negatif. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis resepsi penonton remaja mahasiswa dari tiga universitas di Indonesia setelah menonton film Dua Garis Biru, serta pemahaman pesan edukasi seks yang disampaikan melalui adegan-adegan cerita. Penelitian menggunakan teori media massa, analisis interpretasi, dan edukasi seks dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Lima narasumber diwawancara menggunakan wawancara posisi penerimaan pesan, teknik in-depth interview, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima narasumber mengadopsi sudut pandang dominant-hegemonic position, tanpa adanya sudut pandang negotiated position dan opposition position. Mereka sepakat bahwa film Dua Garis Biru berhasil menyajikan hiburan sekaligus edukasi, menjawab isu sosial remaja, dan membuka pembahasan mengenai edukasi seks yang masih dianggap tabu. Harapannya, film ini dapat memberikan inspirasi dan mengubah persepsi masyarakat tentang pentingnya edukasi seks. |