| Perilaku merokok telah menjadi bagian dari budaya Indonesia dan bahkan telah menjadi pengeluaran konsumsi terbesar kedua dalam rumah tangga di Indonesia. Sebanyak 70.2 juta penduduk dewasa di Indonesia menggunakan produk tembakau per tahun 2021. Peningkatan jumlah perokok ini menjadi fokus penelitian, mengingat risiko adiksi rokok yang tinggi dan dampak negatifnya pada kesehatan, termasuk perkembangan penyakit serius seperti kanker dan penyakit jantung. Faktor-faktor individu, keluarga, dan sosial turut memainkan peran dalam memengaruhi perilaku merokok, dengan budaya merokok yang sangat diterima di masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara attachment pada orang tua dan teman sebaya dengan tingkat kecemasan sosial pada emerging adult yang memiliki indikasi adiksi rokok. Penelitian dilakukan dengan menggunakan alat ukur Inventory of Parent and Peer Attachment – Revised (IPPA-R) dan Social Anxiety Scale for Adolescents (SAS-A). Dalam penelitian ini diperoleh 88 partisipan berusia 18-25 tahun yang terindikasi adiksi rokok. Analisis data kemudian dilakukan menggunakan koefisien korelasi Pearson’s Product Moment untuk membuktikan hubungan antar variabel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mother, father, dan peer attachment tidak memiliki korelasi negatif yang signifikan terhadap kecemasan sosial. Hasil ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain perbedaan coping mechanisms setiap individu yang memiliki kecemasan sosial, faktor budaya yang mendukung perilaku merokok, serta sifat biologis dari adiksi rokok yang membuat parent-peer attachment tidak memiliki hubungan secara langsung dengan kecemasan sosial pada populasi penelitian. Analisis tambahan berdasarkan tingkat kecemasan sosial dan jenis kelamin juga tidak menunjukkan korelasi negatif yang signifikan. Namun, korelasi negatif signifikan antara father attachment dan kecemasan sosial ditemukan pada partisipan yang menggunakan rokok batangan dan rokok elektrik. Hasil ini menunjukkan penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk memahami faktor kontekstual yang membentuk hubungan kompleks antara attachment dan kecemasan sosial, serta untuk mengeksplorasi variabel mediasi potensial di dalamnya. |