Jumlah ibu yang bekerja meningkat setiap tahunnya, termasuk ibu yang bekerja pada posisi middle dan top manager. Bagi ibu yang menempati posisi manajer, mereka memiliki tuntutan waktu dan beban pekerjaan yang lebih banyak dibandingkan pada posisi staf. Selain itu, ibu bekerja pun menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga yang memiliki tugas dan tanggung jawabnya tersendiri. Banyaknya tuntutan dan tanggung jawab yang harus dilakukan dalam kedua peran membuat mereka berpotensi mengalami konflik peran daripada laki-laki. Konflik antar peran dalam pekerjaan dan keluarga ini disebut sebagai work-family conflict. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami pengalaman ibu bekerja yang mengalami work-family conflict, terutama pada ibu bekerja di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Terdapat 4 (empat) orang yang menjadi partisipan penelitian ini. Karakteristik partisipan tersebut adalah ibu bekerja pada posisi top atau middle manager, memiliki pasangan, memiliki anak usia di bawah 18 tahun, dan memiliki total waktu kerja minimal 40 jam dalam seminggu. Pengumpulan data dilakukan dengan metode purposive sampling dengan teknik snowball sampling untuk mendapatkan data yang sesuai dengan konteks penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan mengalami work-family conflict ketika menjalankan kedua perannya sebagai ibu bekerja dan ibu rumah tangga. Partisipan yang bekerja di rumah maupun bekerja di kantor sama-sama mengalami work-family conflict. Work-family conflict yang dialami adalah time-based conflict dan strain-based conflict. Time-based conflict yang dialami seperti melakukan peran di saat yang bersamaan dan banyaknya waktu yang dihabiskan dalam menyelesaikan tuntutan pekerjaan. Sedangkan strain-based conflict yang dialami seperti kecemasan dan perasaan bersalah. Adanya konflik tersebut menimbulkan dampak secara fisik maupun psikis kepada partisipan. Dampak yang ditimbulkan seperti, merasa kelelahan, emosian, dan mengantuk. Hasil penelitian menunjukkan terdapat faktor yang dapat menghambat terjadinya work-family conflict, seperti adanya spousal support, family support, organizational support, dan external support. Sedangkan faktor-faktor yang mendukung terjadinya konflik adalah usia anak, beban dan waktu bekerja, serta tuntutan keluarga. Faktor faktor yang ditemukan dalam penelitian ini tidak mempertimbangkan faktor lain yang dapat menyebabkan work-family conflict ibu bekerja seperti faktor pengasuhan orang tua, pengaruh budaya, dan faktor lainnya. Dengan demikian, hal ini dapat menjadi pertimbangan untuk menjadi ide penelitian selanjutnya terkait ibu bekerja. |