Penyesuaian diri remaja terhadap ayah sambung adalah topik yang menarik dalam kajian psikologi perkembangan. Proses ini melibatkan perubahan dan adaptasi remaja terhadap situasi ayah sambung masuk ke hidup remaja, terutama setelah perceraian orang tua kandung. Selain itu pada kelompok remaja sedang mengalami perkembangan dari fisik, psikologis, dan mental. Perubahan-perubahan tersebut dapat menjadi tantangan bagi remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan gambaran penyesuaian diri remaja terhadap ayah sambung berdasarkan perspektif teori Schneiders (1964), yang menganalisis beberapa aspek pentik diantaraya Adaptation, Conformity, Mastery, Individual variation, dan faktor-faktor internal diri remaja. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan metode wawancara semi-terstruktur. Karakteristik partisipan penelitian adalah perempuan atau laki-laki berusia 18-25 tahun, mengalami perceraian orang tua di masa remaja, dan tinggal bersama ayah kandung setelah perceraian. Partisipan dalam penelitian berjumlah empat orang, yaitu dua laki-laki dan dua perempuan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis tematik. Hasil temuan dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa proses penyesuaian diri terhadap ayah sambung melibatkan perjalanan unik setiap individu, dengan berbagai tantangan dan transformasi. Fase awal seringkali ditandai oleh denial, kekecewaan, frustasi, dan ketidaknyamanan. Strategi penghindaran muncul sebagai cara untuk mengatasi ketegangan. Namun, seiring berjalannya waktu dan melalui upaya aktif, terjadi perubahan positif dalam dinamika keluarga. Kunci keberhasilan penyesuaian melibatkan faktor-faktor seperti komunikasi yang efektif, keterbukaan, dan kematangan emosional. Partisipan yang berhasil menavigasi proses ini menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dalam dinamika keluarga dan budaya. Keterlibatan aktif dalam kehidupan sehari-hari dengan ayah sambung, melibatkan interaksi positif dan kegiatan bersama, akan memperkuat ikatan keluarga. Meskipun ada fase denial awal dan kesulitan komunikasi, kekecewaan, frustasi, dan ketidaknyamanan semua partisipan mengalami perubahan positif seiring waktu. Kesimpulannya, proses penyesuaian diri terhadap ayah sambung merupakan perjalanan dinamis yang melibatkan upaya, adaptasi, dan perubahan emosional. Faktor-faktor kunci seperti komunikasi dan keterlibatan aktif menjadi elemen penting dalam membentuk hubungan yang positif dan harmonis dalam lingkungan keluarga baru. Hasil temuan dalam penelitian ini selaras dengan teori dari Schneiders (dalamAgustiani, 2006) yang mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan tingkah laku, yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang dialami dalam dirinya. Usaha individu tersebut bertujuan untuk memperoleh keselarasan dan keharmonisan antar tuntutan dalam diri dengan apa yang diharapkan dalam lingkungan. Teori tersebut juga di dukung oleh Ali & Asrori, (2005), yang mendefinisikan bahwa penyesuaian diri adalah sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada. Sehingga peneliti menyarankan untuk menggunakan unit analisis berdasarkan perspektif teori dari Schneiders (1964), dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, sehingga dapat mengembangkan wawasan lebih lanjut dan mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif. |