Mahasiswa tingkat akhir di masa emerging adulthood dihadapkan pada banyak tanggung jawab. Selain kewajiban menyelesaikan pendidikan melalui skripsi, mereka juga memasuki proses pendewasaan dengan berbagai tugas perkembangan yang harus dipenuhi, termasuk melakukan eksplorasi diri untuk merancang masa depan. Dalam prosesnya, mahasiswa yang tidak dapat mengelola tanggung jawabnya dengan baik rentan mengalami quarter life crisis. Quarter life crisis adalah reaksi emosi negatif seperti cemas, putus asa, khawatir, dan tertekan karena tidak berdaya menghadapi berbagai tanggung jawab. Reaksi emosi negatif tersebut dapat mengarah stres yang berhubungan langsung dengan well being. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara quarter life crisis dengan well being. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain korelasional. Partisipan penelitian terdiri dari 119 mahasiswa tingkat akhir berusia 20-25 tahun di wilayah Jabodetabek. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner online, dengan alat ukur The PERMA Profiler dan Skala Quarter Life Crisis. Analisis korelasi data dilakukan dengan teknik Pearson Correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa quarter life crisis berkorelasi negatif secara signifikan dengan well being (r = -0.684, p < 0.05). Dimensi quarter life crisis meliputi kebimbangan dalam pengambilan keputusan, putus asa, penilaian diri yang negatif, terjebak dalam situasi sulit, perasaan cemas, tertekan, dan khawatir terhadap relasi interpersonal yang akan dan sedang dibangun berkorelasi negatif dengan dimensi Well Being meliputi positive emotion, engagement, relationship, meaning, dan accomplishment. Hal ini mengindikasikan bahwa makin tinggi tingkat quarter life crisis, makin rendah tingkat well being, serta sebaliknya. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan faktor lain atau bentuk penelitian yang berbeda untuk menggali fenomena lebih mendalam. |