Blended Learning merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan dua metode belajar yaitu melaksanakan pembelajaran dengan cara tatap muka dan dengan cara internet (E – Learning). Pemberlakuan metode Blended Learning berasal dari awal terjadinya covid -19 yang menyebabkan berbagai sekolah harus berhenti melaksanakan pembelajaran di 2020, pada awal 2021 walaupun masih adanya virus Covid – 19 pemerintah mengajurkan kepada setiap sekolah harus tetap melaksanakan pembelajaran melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ), dan setelah melaksanakan pembelajaran melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ) pemerintah memudahkan pelaksanaan pembelajaran yang sebelumnya dilakukan melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ) di awal 2022 pemerintah mengajurkan untuk melakukan kegiatan pembelajaran dengan cara 50% tatap muka di sekolah dan 50% belajar dari rumah. Salah satu sekolah yang masih menerapkan pembelajaran tersebut adalah SD Santo Vincentius. Satu alasan sekolah ini masih menerapkan pembelajaran Blended Learning karena masih mengantisipasi adanya virus COVID sehingga hanya 50% siswa saja yang diperbolehkan untuk mengikuti belajar mengajar secara tatap muka dan 50% siswa belajar di rumah dengan aplikasi Google Meet. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa implementasi pelaksanaan Blended Learning masih belum berjalan secara efektif karena terdapat kesulitan maupun kendala yang dimiliki baik oleh guru, siswa, dan orang tua, seperti jaringan internet yang tidak stabil sehingga membuat pembelajaran tersebut kurang kondusif. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini bahwa implementasi pelaksanaan Blended Learning masih belum berjalan secara efektif karena terdapat kesulitan maupun kendala yang dimiliki baik oleh guru, siswa, dan orang tua, seperti jaringan internet yang tidak stabil sehingga membuat pembelajaran tersebut kurang kondusif. |