Saat mengasuh anak dengan gangguan pendengaran, orang tua dihadapkan dengan berbagai stresor, seperti grieving pasca diagnosis, hambatan komunikasi, pemilihan sekolah, masalah finansial, masalah perilaku anak, serta tanggapan negatif dari lingkungan. Ketika bekerja, stresor yang dihadapi dapat bertambah. Dengan berbagai stresor ini, orang tua tetap harus bisa memfasilitasi perkembangan anak mereka secara optimal, terutama di usia 5-12 tahun karena anak mulai masuk dalam lingkungan sosial. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk memiliki resiliensi yang memengaruhi kesejahteraan psikologis mereka dan kualitas hidup anak. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses resiliensi orang tua Dengar yang mengasuh anak dengan gangguan pendengaran usia 5-12 tahun sambil bekerja. Penelitian menggunakan teori resiliensi Kumpfer dengan dimensi stresor akut, konteks lingkungan, proses interaksional, proses resiliensi, dan hasil adaptasi. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan desain analisis tematik. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposeful sampling dengan jenis homogeneous sampling. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara semi terstruktur pada tiga partisipan. Ketiga partisipan merupakan orang tua Dengar bekerja yang memiliki satu anak dengan gangguan pendengaran berusia 5-12 tahun. Hasil wawancara dianalisis menggunakan teknik analisis tematik. Ketiga partisipan telah menunjukkan resiliensi setelah menerima kondisi anak mereka dan melalui dinamika yang khas. Dua partisipan bahkan telah menunjukkan sikap prososial yang signifikan, sedangkan satu partisipan masih dalam proses beradaptasi. Persepsi terhadap stresor, pemahaman karakteristik anak, kemampuan koping, dukungan sosial, pemaknaan positif, spiritualitas, serta dukungan sosial memengaruhi proses resiliensi orang tua yang mengasuh anak dengan gangguan pendengaran sambil bekerja. Maka dari itu, orang tua dapat terus belajar mengenai kondisi anak mereka dan mencari dukungan sosial. |