Orang tua yang baru mengetahui anaknya memiliki kondisi Autism Spectrum Disorder (ASD), akan muncul berbagai macam penyesuaian serta tugas. Banyaknya penyesuaian dan tugas baru, maka orang tua akan mengalami stres. Stres yang dialami baik istri dan suami memiliki sumber stres yang berbeda. Tugas seorang ayah adalah memenuhi kebutuhan keluarga dan harus menjadi pengasuh anak. Dengan adanya berbagai macam stres, memiliki kecemasan, burnout, meningkatkan risiko obesitas, hingga depresi. Selain itu, stres juga berdampak pada pola pengasuhan anak. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stres pengasuhan dan coping stress yang dilakukan ayah sebagai pengasuh anak ASD.
Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan jenis deskripsif kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur secara online kepada tiga partisipan. Adapun kriteria inklusi penelitian adalah seorang ayah yang memiliki anak dengan ASD berusia maksimal 12 tahun, menjadi pengasuh anak ASD, anak sudah mendapatkan diagnosis ASD dari tenaga profesional. Sebelum wawancara, partisipan diberikan lembar informasi dan lembar persetujuan. Setelah wawancara, peneliti melakukan analisis tematik. Setelah itu, peneliti melakukan member checking untuk meningkatkan validitas data penelitian.
Hasilnya, ayah memiliki sumber stres pengasuhan yang beragam. Sumber stres ini berasal dari empat aspek dimensi orang tua, dua aspek dimensi anak, dan satu aspek dimensi hubungan orang tua dengan anak. Ayah juga merapkan tiga jenis strategi coping stress, yaitu empat aspek problem-focused coping, empat aspek emotion-focused coping dan dua aspek dysfunctional coping. Hasil ini menunjukan pentingnya pemilihan strategi coping dan peran pihak lain untuk membantu ayah yang mengasuh anak ASD mengurangi stres dan dampaknya |