Pengunaan logam di Indonesia semakin meningkat sekitar 6,7 juta ton dari tahun 2021 sekitar 4,9 juta ton. Hal ini dikarenakan pengaplikasian logam dapat dijumpai dalam berbagai bidang di industri, seperti industri konstruksi, peralatan rumah tangga, otomotif dan sebagainya. Namun, di balik semua kelebihan logam, logam mudah mengalami korosi. Untuk mengatasi kekurangan pada logam adalah dengan mengembangkan baja paduan yang memiliki kandungan krom dan nikel yang tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi. Baja paduan ini sering disebut juga Baja Tahan Karat (Stainless Steel). Baja Tahan Karat sudah dirancang untuk dapat mengatasi kekurangan dari logam dari sisi reaksi dengan lingkungan, namun ternyata rentan terhadap perubahan struktur mikro pada rentang temperatur 500ºC-850ºC, dengan terbentuknya karbida krom atau lebih dikenal dengan fenomena sensitisasi. Dalam aplikasi sering terjadi pada proses perlakuan panas serta pengelasan bila didinginkan dengan lambat. Dampak dari peristiwa sensitisasi ini dapat mengakibatkan presipitasi karbida kromium (Cr23C6) di batas butir sehingga daerah di sekitar batas butir akan kekurangan krom atau dikenal dengan chrom depleted zone. Kondisi ini secara umum akan berpengaruh pada ketahanan korosi di daerah batas butir yang cenderung lebih rendah di sepanjang batas butir. Untuk membuktikan peristiwa sensitisasi, dalam penelitian ini dilakukan proses perlakuan panas serta pengelasan pada Baja Tahan Karat AISI 304 yang diikuti pendinginan lambat. Pemanasan pada temperatur 750ºC selama 60 dan 120 menit serta proses pengelasan menggunakan SMAW. Dari penelitian yang dilakukan, peristiwa sensitisasi dengan pembentukan karbida pada batas butir tidak teramati secara metalografi karena persiapan yang tidak tepat, dan hasil data sifat kekerasan Baja Tahan Karat mengalami penurunan seiring dengan lama waktu pemanasan serta laju pendinginan yang digunakan. |