Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan citra tubuh remaja perempuan yang merupakan penggemar girl group K-pop dan memahami hal-hal yang memengaruhi gambaran citra tubuh mereka. Korean wave menjadi salah satu hal yang berpengaruh di Indonesia, terutama di kalangan remaja. Penampilan artis K-pop yang menarik dan ideal beserta dengan standar kecantikan yang diterapkan telah mempengaruhi persepsi penggemar. Kebanyakan penggemar K-Pop merupakan remaja pada tahap awal hingga akhir yang cenderung memiliki rasa kesadaran yang tinggi terhadap tubuhnya sendiri. Hal yang dilteliti adalah bagaimana pengaruh kepenggemaran terhadap body image remaja perempuan tahap awal hingga akhir, apabila di saat yang bersamaan para remaja tersebut menjadi penggemar dari kelompok yang cukup terkenal dan juga sangat mementingkan penampilan. Metodologi penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan analisis tematik. Peneliti menggunakan metode kualitatif agar dapat mengetahui gambaran citra tubuh partisipan sebagai remaja perempuan yang merupakan penggemar girl group K-Pop secara mendalam dan mendetail. Dengan ini, peneliti sekaligus pembaca dapat melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Penelitian ini mengacu kepada lima aspek citra tubuh berdasarkan Foland. Partisipan yang diwawancarai merupakan remaja perempuan berusia 18 hingga 21 tahun, sudah menjadi penggemar girl group K-Pop selama tidak kurang dari 1 tahun dan dapat dikategorikan ke dalam paling minimal level 6 pada level intensitas penggemar Stever. Hasil penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran citra tubuh dan persepsi kecantikan pada remaja perempuan penggemar girl group K-pop. Dari hasil wawancara yang dilakukan bersama empat partisipan, keempatnya merasakan ketidakpuasan terhadap tubuh mereka. Mereka juga beberapa kali membandingkan penampilan mereka dengan idola mereka dan memiliki keinginan untuk tampil menarik seperti idola mereka. Namun, meskipun partisipan terpapar pada standar kecantikan yang ditampilkan melalui konten K-pop yang mereka konsumsi sehari-hari, partisipan menyadari bahwa standar kecantikan tersebut tidak realistis dan tidak dapat diterapkan pada diri mereka sendiri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan budaya Korea dan Indonesia yang salah satunya adalah agama yang dianut oleh partisipan, sehingga tidak memungkinkan partisipan untuk meniru cara berpakaian artis K-Pop. |